Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Imbas Perang Rusia vs Ukraina, Harga 3 Komoditas Ini Meroket

Harga tiga komoditas meroket ke level tertinggi imbas dari perang Rusia vs Ukraina yang terjadi saat ini.
Seorang anak perempuan membawa papan bergambar saat unjuk rasa dekat Museum Seni Modern dan Kedutaan Rusia, setelah Rusia meluncurkan operasi militer besar atas Ukraina, di Ljublana, Slovenia, Jumat (25/2/2022)./Antara-Reuters
Seorang anak perempuan membawa papan bergambar saat unjuk rasa dekat Museum Seni Modern dan Kedutaan Rusia, setelah Rusia meluncurkan operasi militer besar atas Ukraina, di Ljublana, Slovenia, Jumat (25/2/2022)./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA - Harga 3 komoditas di tingkat global melonjak ke level tertinggi pada Rabu (2/3/2022) dan menimbulkan kekhawatiran akan berkurangnya pasokan, mulai dari gandum hingga gas alam, imbas perang Rusia vs Ukraina

Melansir Bloomberg, Kamis (3/3/2022), harga minyak telah melampaui US$110 per barel, harga aluminium mencapai rekor baru, serta harga gandum pun naik ke level tertinggi sejak 2008.

Di Eropa, harga gas alam dan batu bara telah mencapai level tertinggi sepanjang masa, sehingga memperdalam krisis energi yang terjadi di kawasan itu.

Para pedagang, bank, dan pemilik kapal semakin menghindari bisnis dengan Rusia. Mereka khawatir akan mendapatkan sanksi perbankan.

"Pasar sekarang menyesuaikan dengan memburuknya krisis berikutnya," kata Paul Horsnell, kepala penelitian komoditas di Standard Chartered Plc.

"Hal-hal yang tidak terpikirkan seminggu yang lalu tidak terpikirkan sekarang," kata dia.

Kekacauan komoditas yang disebabkan oleh perang Rusia di Ukraina akan memberikan dampak rembetan melalui ekonomi global, memicu percepatan inflasi yang sudah mencapai level tertinggi dalam beberapa dekade.

Rusia, sebagaimana diketahui, merupakan pengekspor energi terbesar di dunia, pemasok logam vital dan bersama dengan Ukraina menyumbang 25 persen dari pengiriman gandum.

Pemerintah China mengatakan kepada para pejabat untuk memprioritaskan keamanan pasokan komoditas, tanda meningkatnya kekhawatiran di antara para pembuat kebijakan tentang dampak serangan Rusia di Ukraina. Dampak sanksi dan penolakan rekanan Rusia sendiri menyebabkan kenaikan harga yang berlipat ganda di pasar komoditas.

Gas alam Eropa melonjak sebesar 60 persen, melebihi rekor musim dingin ini karena kekhawatiran pasokan diperparah oleh para pedagang yang mencoba menghindari paparan unit perdagangan Gazprom PJSC.

Pedagang biji-bijian tidak mau mengambil risiko memasuki bisnis baru atau membayar melonjaknya biaya sewa dan asuransi kapal untuk mengumpulkan kargo dari pelabuhan Rusia. Ekspor Ukraina sudah terhenti, dengan kekhawatiran yang berkembang bahwa gangguan pasokan akan meluas ke musim berikutnya dan berpotensi seterusnya.

Pada komoditas minyak, sejumlah besar pemilik kapal tanker menolak memuat kargo Rusia. Jumlah kapal yang dipesan untuk memuat kargo pada Maret kurang dari seperempat jumlah pada waktu yang sama bulan lalu. Energy Aspects, seorang konsultan, memperkirakan sebanyak 70 persen ekspor Rusia saat ini tidak diperdagangkan.

Pembeli juga semakin menolak untuk mengambil minyak mentah Rusia, memaksa penjual untuk menawarkan diskon yang tinggi untuk membongkar kargo. Sementara itu, para penyuling mencari pasokan alternatif di tempat lain.

Lonjakan melewati US$110 per barel untuk minyak mentah Brent terjadi bahkan setelah Badan Energi Internasional mengoordinasikan pelepasan 60 juta barel dari stok global.

Sementara, minyak mentah Ural andalan Rusia ditawarkan untuk dijual dengan diskon rekor tetapi tidak mendapat penawar. Setelah penutupan pasar, minyak mentah Brent melampaui US$115 dan menyentuh level tertinggi sejak 2008.

Namun, tidak semua perusahaan menghindari pasokan energi Rusia. Shell Plc, perusahaan minyak terbesar di Eropa, terus membeli minyak dan gas dari Rusia, menurut seseorang yang diberi pengarahan tentang masalah tersebut.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper