Bisnis.com, JAKARTA - Sekelompok think tank China yang memberi saran kepada Presiden China Xi Jin Ping memprediksi bahwa sanksi terhadap Rusia akan menjadi bumerang bagi Amerika Serikat (AS) dan sekutunya.
Sanksi yang dijatuhkan pada Rusia pada akhirnya akan menyebabkan lebih banyak kerusakan pada ASdan sekutunya, kata sebuah kelompok riset yang menasihati Presiden China Xi Jinping, ketika Beijing mempertimbangkan berapa banyak dukungan untuk diberikan kepada mitra diplomatik dekatnya.
Rusia sebagian besar telah beradaptasi untuk berurusan dengan langkah-langkah keuangan hukuman sejak 2014, ketika dihukum karena merebut Krimea, menurut Ma Xue, seorang peneliti asosiasi di Institut Hubungan Internasional Kontemporer China, menulis dalam sebuah artikel yang diterbitkan di media sosial Selasa (1/3/2022), seperti dikutip Bloomberg.
“Sekutu AS dan Eropa akan berakhir menderita karena mendukung Ukraina,” kata Ma, yang badan penelitiannya terkait dengan Kementerian Keamanan Negara, Badan Intelijen Sipil China.
Seperti diketahui, sejumlah negara telah dan akan menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Rusia menyusul operasi militer negara pimpinan Vladimir Putin itu ke Ukraina.
Diawali Amerika Serikat pada Kamis (24/2/2022), sanksi itu diikuti oleh negara-negara barat dan sejumlah negara di Asia-Pasifik lainnya.
Amerika Serikat telah memberlakukan sejumlah paket sanksi terhadap Rusia. Di sektor perdagangan, Gedung Putih mengumumkan akan melakukan kontrol ekspor yang ketat.
Amerika juga akan memotong separuh impor teknologi tinggi dari Rusia. Negara itu bakal membatasi Rusia melakukan input terhadap teknologi Amerika. Selanjutnya dari sisi investasi, Amerika melarang perusahaan-perusahaan energi menambahkan modalnya lewat pasar keuangan barat. Baru-baru ini, Amerika juga telah mengumumkan larangan perjalanan, termasuk untuk Putin.
Selain itu, para pemimpin Uni Eropa bersepakat menjatuhkan sanksi baru terhadap Rusia, seperti membekukan aset, menghentikan akses bank-bank ke pasar keuangan Eropa, dan menargetkan "kepentingan Kremlin" atas serangan di Ukraina.