Bisnis.com, JAKARTA - Pendiri Synergy Policies Dinna P. Raharja menyampaikan bahwa konflik Rusia dan Ukraina memberikan dampak bagi Indonesia, baik dari sisi ekonomi maupun nonekonomi.
Dari sisi ekonomi, dia menyampaikan konflik kedua negara tersebut akan melambungkan harga komoditas di tingkat global. Hal ini tercermin dari harga migas di Uni Eropa yang telah naik dua kali lipat dalam dua hari terakhir. Kenaikan harga pangan pun mengikuti dengan cepat.
"Efeknya jangka pendek buat Indonesia adalah penurunan konsumsi terhadap CPO dari Indonesia dan produk-produk sekunder seperti tekstil, dan produk-produk lainnya,” katanya dalam webinar, Sabtu (26/2/2022).
Dinna menyampaikan, aspek nonekonomi juga perlu diantisipasi oleh Indonesia, yaitu agenda politik luar negeri Indonesia.
Dalam jangka panjang, kata dia, yang harus Indonesia antisipasi adalah narasi geopolitik di kawasan Indonesia terhadap Cina, terhadap Indo Pasifik termasuk Asean karena Indonesia akan menjadi ketua di Asean pada 2023.
Jika konflik Rusia dan Ukraina berkepanjangan, maka akan terjadi ketidakpastian yang tinggi di tingkat kawasan.
Baca Juga
Indonesia akan terdampak, seperti saat melakukan pembelian alutsista, Indonesia gagal membeli yang lebih murah dari Rusia karena ditekan oleh Amerika Serikat untuk menghindari pembelian dari Rusia.
Artinya independensi yang Indonesia cari menjadi lebih sulit dari segi politik luar negeri. “Itulah beberapa hal yang perlu di antisipasi, artinya untuk urusan luar negeri Indonesia tidak lagi berasumsi situasinya masih tenang-tenang saja,” jelasnya.
Dia menyampaikan, dalam situasi ini, terjadi percepatan ketegangan di tingkat global. Mekanisme yang biasanya digunakan oleh Indonesia adalah melalui G20, Asean, dan PBB dengan menaruh agenda di sana, namun saat ini akan semakin sulit bagi Indonesia karena harus mengalokasikan lebih banyak sumber daya untuk memobilisasi banyak dukungan dari negara-negara lain di luar dari skema itu.
Dengan demikian, menurutnya Indonesia harus lebih militan membangun dukungan agar agenda bisa masuk di tingkat internasional.
“Itu pun pasti akan resisten berhadapan dengan China, Rusia, AS dan tentunya bahasa-bahasa yang Indonesia gunakan harus lebih convincing dan lebih mendesak mereka bahwa ini urgent,” tuturnya.
Dia menambahkan, isu tersebut harus dibawa ke meja perundingan. Misalnya soal perlombaan bersenjata harus ada regulasi yang baru. Indonesia menurutnya jangan hanya bicara ekonomi, tetapi agenda harus berani masuk ke isu-isu tersebut.
"Sepertinya pertikaian ini akan panjang dimainkan oleh Rusia karena Rusia mempunyai cadangan devisa yang cukup tinggi sehingga ini menjadi poin bagi Rusia untuk bisa melemahkan AS dan sekutu-sekutunya di Uni Eropa,” kata Dinna