Bisnis.com, JAKARTA - WHO menyerukan negara kaya untuk mendonasikan US$16 miliar kepada program bantuan terhadap akses vaksin, pengobatan, dan pengujian di negara berpendapatan rendah.
Dilansir Bloomberg pada Rabu (9/2/2022), proposal tersebut ditujukan kepada negara berpendapatan tinggi agar berkontribusi terhadap perdagangan dunia. Sementara negara dengan pendapatan menengah perlu mendanai biaya tambahan untuk negaranya sendiri senilai US$6,5 miliar.
Rencana pembiayaan WHO ini disusun setelah bandingnya tidak direspons pada Oktober dalam penghimpunan US$23,4 miliar untuk rencana ACT-Accelerator. Dari rencana pendanaan US$16 miliar untuk program utama, WHO hanya mengumpulkan US$800 juta.
Access to Covid-19 Tools (ACT) Accelerator adalah kolaborasi global yang inovatif untuk mempercepat pengembangan, produksi, dan akses yang adil kepada pengujian, perawatan, dan vaksin. Sementara itu, program ACT-Accelerator menyasar negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.
Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus telah menyerukan kepada negara kaya untuk membuat langkah dukungan kepada negara yang lebih miskin untuk mengakselerasi berakhirnya pandemi.
Sekitar separuh dari negara di dunia telah meleset dari target vaksinasi sekitar 40 persen dari populasinya pada akhir 2021.
Hanya sekitar 0,4 persen dari total pengujian Covid-19 sebanyak 4,7 miliar di dunia dilakukan di negara miskin.