Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

WHO Minta Negara Kaya Sumbang US$16 Miliar untuk Akses Vaksin

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus telah menyerukan kepada negara kaya untuk membuat langkah dukungan kepada negara yang lebih miskin untuk mengakselerasi berakhirnya pandemi.
Seorang tenaga kesehatan memberikan suntikan penguat (booster) vaksin COVID-19 kepada warga setempat di sebuah lokasi vaksinasi sementara di Beijing, China pada 29 November 2021./Antra-Xinhua
Seorang tenaga kesehatan memberikan suntikan penguat (booster) vaksin COVID-19 kepada warga setempat di sebuah lokasi vaksinasi sementara di Beijing, China pada 29 November 2021./Antra-Xinhua

Bisnis.com, JAKARTA - WHO menyerukan negara kaya untuk mendonasikan US$16 miliar kepada program bantuan terhadap akses vaksin, pengobatan, dan pengujian di negara berpendapatan rendah.

Dilansir Bloomberg pada Rabu (9/2/2022), proposal tersebut ditujukan kepada negara berpendapatan tinggi agar berkontribusi terhadap perdagangan dunia. Sementara negara dengan pendapatan menengah perlu mendanai biaya tambahan untuk negaranya sendiri senilai US$6,5 miliar.

Rencana pembiayaan WHO ini disusun setelah bandingnya tidak direspons pada Oktober dalam penghimpunan US$23,4 miliar untuk rencana ACT-Accelerator. Dari rencana pendanaan US$16 miliar untuk program utama, WHO hanya mengumpulkan US$800 juta.

Access to Covid-19 Tools (ACT) Accelerator adalah kolaborasi global yang inovatif untuk mempercepat pengembangan, produksi, dan akses yang adil kepada pengujian, perawatan, dan vaksin. Sementara itu, program ACT-Accelerator menyasar negara-negara berpenghasilan rendah dan menengah.

Dirjen WHO Tedros Adhanom Ghebreyesus telah menyerukan kepada negara kaya untuk membuat langkah dukungan kepada negara yang lebih miskin untuk mengakselerasi berakhirnya pandemi.

Sekitar separuh dari negara di dunia telah meleset dari target vaksinasi sekitar 40 persen dari populasinya pada akhir 2021.

Hanya sekitar 0,4 persen dari total pengujian Covid-19 sebanyak 4,7 miliar di dunia dilakukan di negara miskin.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper