Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Joko Widodo atau Jokowi mengajak seluruh anggota dalam Business 20 (B20) untuk mendukung upaya pemerintah dalam memanfaatkan peluang saat Indonesia dipercaya menyelenggarakan Presidensi G20 Tahun 2022.
Jokowi mengatakan ada tiga peluang yang bisa dimanfaatkan Indonesia dalam penyelenggaraan Presidensi G20 tahun ini yaitu transisi menuju Green economy; tren digital ekonomi yang semakin pesat; dan perbaikan arsitektur kesehatan global yang lebih responsif dalam menghadapi pandemi global.
"Presidensi G20 Idonesia mengajak G20 dan B20 untuk berkolaborasi menciptakan terobosan dan aksi nyata untuk berkontribusi lebih besar bagi pemulihan ekonomi global," katanya dalam acara B20 Inception Meeting, dikutip dari YouTube B20 Indonesia 2022, Kamis (27/1/2022).
Kepala Negara menyampaikan bahwa potensi di sektor energi terbarukan harus diikuti dengan skenario dan peta jalan yang jelas, termasuk pendanaan dan investasi.
Indonesia, sambungnya, memiliki potensi energi baru terbarukan sebesar 418 Gigawatt, baik yang bersumber dari air, panas bumi, angin, maupun matahari.
"Indonesia memiliki kekayaan sumber daya mineral logam yang dibutuhkan untuk mendorong transisi menuju ekonomi hijau yang berkelanjutan. Indonesia kaya akan nikel, bauksit, timah, dan tembaga," katanya.
Jokowi menegaskan, Indonesia memastikan akan menyuplai bahan-bahan tersebut untuk kebutuhan dunia tetapi bukan dalam bentuk bahan mentah tetapi dalam bentuk barang jadi atau setengah jadi yang bernilai tambah tinggi.
Menurutnya, penghiliran nikel yang telah dilakukan sejak 2015 sudah memberikan dampak tidak hanya dalam penciptaan lapangan kerja tapi juga dalam sisi ekspor maupun neraca perdagangan Indonesia.
Eks Gubernur DKI Jakarta ini menyebut nilai ekspor Indonesia pada tahun lalu mencapai US$230 miliar di mana ekspor besi baja berperan sangat besar di dalamnya.
Ekapor besi baja pada tahun 2021, katanya, mencapai US$20,9 miliar atau meningkat dari US$1,1 miliar pada 2014.
"Tahun 2022 ini Saya kira bisa mencapai US$28 miliar hingga US$30 miliar. Setelah nikel kita akan dorong investasi di sektor bauksit, tembaga, dan timah," katanya.