Bisnis.com, JAKARTA - Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) mendapati 383 akun maupun grup di media sosial diduga melakukan penyebaran paham radikalisme sepanjang Oktober 2021.
Penyebaran paham tersebut dilakukan di lima platform sosial media. Secara terperinci, BNPT menemukan penyebaran tersebut di 103 kontak Whatsapp, 70 channel Telegram, 188 akun/grup Facebook, 16 grup Tantan dan 6 akun Instagram.
Kepala BNPT Komjen Pol Boy Rafli Amar mengatakan bahwa akun tersebut terus dilakukan pemantauan oleh tim operasi cyber patrol. Tim monitoring ini terus melakukan pencarian terhadap konten propaganda, akun radikal dan website radikal.
Di sisi lain, tim juga melakukan counter narasi terhadap isu-isu terkini yang sedang dicari. Apabila ditemukan konten, akun maupun website yang bersifat radikal, maka BNPT bersama Kemenkominfo melakukan takedown.
“Ini salah satu antisipasi di dunia maya. Temuan itu kita share ke teman-teman Kominfo. Tapi kita juga melakukan kontra radikalisme berkaitan dengan masalah konten radikal,” kata Boy usai sharing session terkait pencegahan paham radikalisme di Graha Sucofindo kepada Bisnis, Jumat (12/11/2021).
Boy Rafli menyebutkan bahwa penyebaran konten radikal di dunia maya disebabkan kebebasan informasi di platform digital. Sebab itu, tim cyber melakukan counter terhadap narasi yang disebut berbau propaganda.
“Kalau tidak, orang jadi percaya semua. Dan bisa membuat orang terjebak alam pikirnya. Takedown perlu kerja sama dengan platform dalam hal ini Kominfo,” ujarnya.
Sementara itu, Direktur Sumber Daya Manusia PT Sucofindo (Persero) Johanes Nanang Marjianto mengatakan bahwa perusahaan terus berupaya untuk menjadikan karyawan saling menghargai perbedaan.
Beberapa kegiatan di perseroan juga dibuat dengan target saling menghargai keanekaragaman suku, bangsa dan agama.
“Di sini dibuka semua [kegiatan] untuk Natalan, oke. untuk lebaran bersama, oke. Kita punya masjid mengundang yang sudah tercatat atau yang kerja sama dengan Kemenag dan Kementerian BUMN,” paparnya.