Bisnis.com, JAKARTA - Perdana Menteri Swedia Stefan Lofven secara resmi mengundurkan diri kemarin, sehingga membuka jalan bagi Menteri Keuangan Magdalena Andersson untuk menjadi perdana menteri wanita pertama di negara itu jika mendapat persetujuan parlemen.
Lofven, mantan tukang las dan negosiator serikat pekerja, telah memimpin koalisi kiri-tengah minoritas bersama Partai Hijau sejak 2014.
Pada awal tahun 2021, dia mengatakan akan mundur menjelang pemilihan umum (pemilu) berikutnya yang dijadwalkan pada September 2022.
Andersson menggantikan Lofven sebagai pemimpin Sosial Demokrat pekan lalu, dan kemungkinan akan menjad pilihan pertama parlemen untuk membentuk pemerintahan baru.
"Kami mengadakan pemilihan umum dalam waktu hampir satu tahun dan penting bagi untuk melakukan penyerahan kekuasan yang cepat," ujar Lofven seperti dikutip ChannelNewsAsia, Kamis (11/11/2021).
Pada Agustus lalu, dia mengatakan akan menyerahkan pengunduran dirinya bulan ini.
Baca Juga
"Saya pikir pemilih ingin pemerintahan ini berjalan lancar."
Akan tetapi, masih belum jelas apakah Andersson memiliki cukup dukungan untuk memenangkan pemungutan suara konfirmasi di parlemen yang akan dilakukan pekan depan.
Dia tidak membutuhkan mayoritas di parlemen dengan 349 kursi untuk mendukungnya sebagai perdana menteri. Tapi, harus menghindari suara mayoritas yang menentangnya.
Partai Tengah setuju untuk tidak menghalangi pencalonan Andersson kemarin dengan imbalan peraturan pembangunan yang lebih mudah dan perubahan undang-undang kepemilikan kehutanan.
Hanya saja, Andersson masih akan membutuhkan setidaknya dukungan pasif dari Partai Kiri pimpinan Nooshi Dadgostar yang mengritisi pemerintah tentang sejumlah kebijakan.
Jika parlemen menolak Andersson, ketua parlemen kemungkinan akan meminta pemimpin Partai Moderat, Ulf Kristersson untuk membentuk pemerintahan.
Dia didukung Partai Demokrat Swedia yang populis dan anti-imigrasi, sebuah partai yang ingin dicegah oleh Partai Tengah dan Kiri untuk mempengaruhi kebijakan.