Bisnis.com, JAKARTA - Sedikitnya 17 orang tewas dan 41 lainnya terluka akibat kebakaran saat perayaan di berbagai bagian ibu kota Afghanistan setelah muncul klaim bahwa Taliban merebut lembah Panjshir di timur laut, kata sumber rumah sakit kepada Anadolu Agency.
Selama dua jam, Taliban menembakkan ribuan peluru pelacak melintasi langit kemarin malam di Kabul sehingga memicu spekulasi bahwa mereka telah merebut lembah itu.
Lembah Panjshir merupakan wilayah terakhir yang belum direbut oleh pemberontak dalam serangan mereka baru-baru ini di seluruh negara.
Namun, laporan-laporan ini ternyata salah, karena tidak ada komandan Taliban yang tercatat membenarkan kemenangan itu sebagimana dikutip situs aa.com.tr, Minggu (5/9/2021).
Menurut sumber dari rumah sakit setempat, setidaknya 17 orang tewas dalam kebakaran membabi buta, dengan 41 lainnya terluka dan dibawa untuk menerima perawatan medis. Akan tetapi Taliban menolak akses ke rumah sakit yang menerima mereka.
Seorang pemimpin senior Taliban, Mawlavi Mohammad Yaqoob Omari mengeluarkan pesan audio yang memperingatkan anggota Taliban tentang konsekuensi berat atas perilaku tersebut.
"Saya memperingatkan semua komandan dan Mujahidin (anggota Taliban) di kota dan provinsi Kabul bahwa jika ada yang menggunakan tembakan udara di kota, saya akan mengambil tindakan tegas terhadap mereka," ujarnya.
Dia menambahkan bahwa pelanggar aturan itu akan diusir dari kota.
Kelompok perlawanan Panjshir yang dipimpin oleh Ahmad Massoud, putra mendiang komandan mujahidin Ahmad Shah Massoud bersama Bismillah Mohammadi, menteri pertahanan pemerintah Ghani, masih memerangi Taliban di lembah itu.
Jika Taliban merebut Panjshir maka untuk pertama kalinya mereka akan membentuk pemerintahan di seluruh Afghanistan. Mereka tidak dapat memerintah provinsi Afghanistan utara termasuk Faryab, Sar-e Pul, Jawzjan, Balkh, Samangan, dan Kunduz selama pemerintahan pertama mereka dari tahun 1996 hingga 2001.
Taliban telah mengambil alih sebagian besar dari 33 ibu kota provinsi tanpa pertumpahan darah, tetapi konfrontasi mematikan terus berlanjut di Panjshir sejak AS meninggalkan Afghanistan pada 31 Agustus, satu-satunya provinsi yang masih memerangi mereka.