Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Afghanistan Kacau, China: Bentuk Egoisme Kebijakan Luar Negeri AS

Juru bicara kementerian luar negeri China, Wang Wenbin menuduh AS bersembunyi di balik retorika tatanan global berbasis aturan untuk mempertahankan hegemoni terhadap negara lain.
Orang-orang berlarian menuju Terminal Bandara Kabul, setelah gerilyawan Taliban menguasai istana presiden di Kabul, (16/8/2021), dalam gambar diam yang diambil dari video yang diperoleh dari media sosial. ANTARA/Jawad Sukhanyar/via REUTERS/pri.
Orang-orang berlarian menuju Terminal Bandara Kabul, setelah gerilyawan Taliban menguasai istana presiden di Kabul, (16/8/2021), dalam gambar diam yang diambil dari video yang diperoleh dari media sosial. ANTARA/Jawad Sukhanyar/via REUTERS/pri.

Bisnis.com, JAKARTA - China menyatakan penarikan pasukan AS yang menimbulkan kekacauan di Afghanistan merupakan contoh kebijakan luar negeri 'egois' Washington setelah AS menuding negara itu melakukan intimidasi di perairan Asia.

Pernyataan keras dari China itu muncul saat Wakil Presisen AS, Kamala Harris Selama melakukan perjalanan ke Singapura dan menyebut Beijing telah mengklaim sebagian besar Laut Cina Selatan.

Dalam kunjungan resmi itu Kamala meyakinkan sekutu regionalnya tersebut tentang komitmen Amerika Serikat untuk Asia dan aturan internasional yang mengikat.

Juru bicara kementerian luar negeri China, Wang Wenbin menuduh AS bersembunyi di balik retorika tatanan global berbasis aturan untuk mempertahankan perilaku mengintimidasi dan hegemoni terhadap negara lain.

"Peristiwa saat ini di Afghanistan dengan jelas memberi tahu kami tentang aturan apa dan ketertiban yang dimaksud AS," katanya dalam konferensi pers reguler seperti dikutip ChannelNewsAsia.com, Rabu (25/8/2021).

Wang kemudian menambahkan bahwa AS bisa sembarangan melakukan intervensi militer di negara berdaulat dan tidak perlu bertanggung jawab atas penderitaan rakyat di negara itu.

"Untuk mempertahankan 'American first', AS dapat secara sewenang-wenang mencoreng, menekan, memaksa, dan menggertak negara lain tanpa membayar harga apa pun," tambahnya.

Dia mempertanyakan dengan apa yang terjadi di Afghanistan siapa yang akan mempercayai AS sekarang.

Kamala sebelumnya menyebut China selalu memberi tekanan dan intimidasi di Laut China Selatan. Dia juga berjanji untuk mewujudkan kawasan Indo Pasifik yang bebas dan terbuka sesuai dengan impian AS selama beberapa tahun terakhir.

"Kami tahu bahwa China selalu memaksa, mengintimidasi, dan mengklaim sebagian besar Laut China Selatan. Klaim yang melanggar hukum ini telah ditolak oleh keputusan pengadilan arbitrase 2016," katanya.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Sumber : Channel News Asia
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper