Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Cendikiawan Afrika Selatan Apresiasi Toleransi Umat Beragama di Papua

Afrika Selatan memiliki hubungan sejarah dengan Indonesia dimana banyak imigran yang masuk dari berbagai negara, salah satunya dari Indonesia.
Webinar internasional bertajuk Religions Education and the challenge of harmony In papua-indonesia and cape-town-south Africa: A comparison yang menghadrikan tokoh papua dan cendekiawan Afrika Selatan Profesor Nuraan Davids.
Webinar internasional bertajuk Religions Education and the challenge of harmony In papua-indonesia and cape-town-south Africa: A comparison yang menghadrikan tokoh papua dan cendekiawan Afrika Selatan Profesor Nuraan Davids.

Bisnis.com, JAKARTA - Cendekiawan Afrika Selatan Profesor Nuraan Davids mengapresiasi harmonisasi antaragama dan suku di Papua. Bagi masyarakat Papua, Agama merupakan bagian penting pada sistem sosio-kultural masyarakat yang didasarkan pada prinsip ”satu tungku tiga batu”, yaitu “batu” pemerintah, adat, dan agama. “Tiga batu” juga biasa diasosiasikan dengan tiga agama; Islam, Kristen, dan Katolik.

Pernyataan tersebut diungkapkan dalam webinar internasional bertajuk “Religions Education and the challenge of harmony In papua-indonesia and cape-town-south Africa: A comparison" yang menghadrikan tokoh papua dan cendekiawan Afrika Selatan.

Dia mengatakan Afrika Selatan memiliki hubungan sejarah dengan Indonesia dimana banyak imigran yang masuk dari berbagai negara, salah satunya dari Indonesia.

"Sejak masa Apartheid, pendidikan muslim telah berkembang dengan dua jalur, yaitu pendidikan di masjid-masjid dan di sekolah muslim. Perkembangan tersebut terus terjadi di masa Post Apartheid dan masa reformasi," ujarnya dalam keterangan resmi, Kamis (19/8/2021).

Menurutnya, komunitas muslim di Afrika Selatan khususnya di Cape Town mengambil contoh positif dari komunitas muslim di Indonesia karena sejarah yang sangat dekat.

Komunitas Muslim dan Kristen berbaur dengan baik, dan adanya kesadaran untuk menciptakan dialog antar agama. Pernikahan antar agama juga memperkuat ikatan antara agama yang berbeda.

“Pendidikan agama memiliki peran krusial dalam menyediakan jembatan antara identitas seorang muslim dengan seorang warga negara Afrika Selatan," ujar Professor of Philosophy of Education in the Department of Picy Studies at Stellenbosch University tersebut.

Ketua PWNU Papua H Toni Wanggai mengatakan Islam telah ada di Papua sejak abad 15 melalui interkasi dengan Kerajaan Tidore. Kemudian pada abad 16 terbentuk kerajaan-kerajaan Islam yang terletak di Raja Ampat.

Hubungan Islam dan Kristen di Papua sangat harmonis yang berlangsung sejak 200 tahun yang lalu, dimana Sultan Tidore mengantar misionaris Kristen dari Jerman Otto dan Greisler di Papua pada 1855.

Pendekatan budaya yang dilakukan oleh misionaris melalui pendekatan budaya, diantaranya menerjemahkan Alkitab kedalam Bahasa daerah, mengakibatkan Krsiten lebih cepat berkembang.

“Pembagian kekuasaan dilakukan dengan dasar tersebut dengan Gubernur Kristen, Wakil Muslim, Sekda Katolik atau sebaliknya,” ujar anggota Majelis Rakyat Papua tersebut.

Pendekatan kultural tersebut terus diwariskan melalui berbagai jalur khususnya pendidikan.Antropolog Ikhsan Tanggok mengatakan toleransi dan harmoni antar agama di Papua terjadi dalam kehidupan sehari-hari dan institusi Pendidikan seperti sekolah dan universitas.

Ada tiga institusi Pendidikan Islam yang memiliki peran penting dalam menciptakan harmoni dan toleransi di Papua, yaitu Nahdlatul Ulama, Muhammadiyah, dan Yapis.

“Papua memiliki tradisi yang kental dengan toleransi, salah satunya adalah Bakar Batu. Tradisi bakar batu memiliki arti yang dalam, yaitu sebagai ungkapan terima kasih kepada Tuhan dan symbol dari solidaritas yang kuat," imbuhnya.

Kegiatan Webinar International dihadiri narasumber antara lain Prof. Nuraan Davids PhD, (Professor of Philosophy of Education in the Department of Poliicy Studies at Stellenbosch University, South Africa), Dr. Tony Wanggai (Ketua PWNU Papua, Anggota Majelis Rakyat Papua –MRP) dan Prof. Dr. Ichsan Tanggok (Professor of Antrophology at UIN Jakarta ), serta dipandu oleh Maria Ulfa, MA, M.Hum (peneliti Indoesian Muslim Crisis Center dan Dosen UIN Jakarta).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper