Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Taliban Kuasai Kandahar dan Herat, AS dan Inggris Kirim Ribuan Tentara ke Afghanistan

Utusan khusus internasional di Doha, yang bertemu dengan perwakilan Pemerintah Afghanistan dan Taliban, menegaskan kembali, bahwa pemodal asing tak akan mengakui pemerintah mana pun di Afghanistan yang memaksakan penggunaan kekuatan militer.
Pejuang milisi Afghanistan berjaga-jaga di sebuah pos terdepan melawan gerilyawan Taliban di distrik Charkint di Provinsi Balkh, Afghanistan. Bloomberg/AFP/Getty Images/Farshad Usyan
Pejuang milisi Afghanistan berjaga-jaga di sebuah pos terdepan melawan gerilyawan Taliban di distrik Charkint di Provinsi Balkh, Afghanistan. Bloomberg/AFP/Getty Images/Farshad Usyan

Kekerasan vs Diplomasi

Dalam perjanjian dengan pemerintahan mantan Presiden AS Donald Trump tahun lalu, Taliban setuju untuk tidak menyerang pasukan asing pimpinan AS saat mereka mundur. Kelompok pemberontak itu juga berkomitmen untuk membicarakan perdamaian.

Melihat cepatnya kemajuan Taliban, prospek bagi tekanan diplomasi untuk mempengaruhi situasi di sana tampaknya terbatas, meski juru bicara Taliban mengatakan pada Al Jazeera: "Kami tidak akan menutup pintu ke jalur politik."

Al Jazeera melaporkan seorang sumber pemerintah mengatakan, mereka telah menawari Taliban bagian kekuasaan jika kekerasan dihentikan. Tidak dijelaskan sejauh mana tawaran itu berbeda dari syarat-syarat yang sudah dibicarakan kedua pihak saat berunding di Qatar.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan dirinya tidak mengetahui tawaran semacam itu dan menolak pembagian kekuasaan.

"Kami tak bisa menerima tawaran apa pun semacam ini karena kami tidak ingin menjadi mitra pemerintah Kabul. Kami tidak akan tinggal atau bekerja sehari pun dengan (kondisi seperti) itu," kata dia.

Utusan khusus internasional di Doha, yang bertemu dengan perwakilan Pemerintah Afghanistan dan Taliban, menegaskan kembali, bahwa pemodal asing tak akan mengakui pemerintah mana pun di Afghanistan yang memaksakan penggunaan kekuatan militer.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Halaman Sebelumnya
Biden Tidak Menyesal
Penulis : Newswire
Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper