Bisnis.com, JAKARTA - Risiko terpapar virus Covid-19 ternyata tidak hanya mengintai orang-orang dengan mobilitas tinggi, tetapi mereka yang berada di satu lingkungan. Meski berada di balik jeruji penjara, para narapidana atau warga binaan juga berpotensi terular virus Corona.
Kebutuhan akan vaksinasi memang tidak hanya ditujukan bagi pejabat publik hingga masyarakat yang bisa melakukan mobilitas saja. Vaksinasi berperan penting untuk membentuk kekebalan kelompok (herd immunity) dalam meminimalisasi risiko gejala berat jika terpapar virus Covid-19 khususnya bagi seperti warga binaan di rumah tahanan (rutan) dan lembaga pemasyarakatan (lapas).
Pemerintah berupaya untuk terus melakukan vaksinasi Covid-19 dan menargetkan kekebalan kelompokdi DKI Jakarta terbentuk pada Agustus 2021.
Dengan target 7,5 juta warga Ibu Kota yang mendapat suntikan, vaksinasi dilakukan bertahap mulai dari tenaga medis, pejabat publik, karyawan swasta, hingga ibu rumah tangga. Kini, vaksinasi juga menyasar pada warga binaan di Rutan dan Lapas DKI Jakarta.
Vaksinasi di Rutan dan Lapas kini menjadi prioritas pemerintah. Hal itu karena banyak rutan atau lapas yang kelebihan kapasitas, misalnya di Rutan Kelas 1A Salemba.
Rutan Salemba yang seharusnya hanya bisa menampung sekitar 1.500 warga binaan, kini terisi lebih dari 3.200 warga binaan atau dua kali lipat dari kapasitas.
Risiko terpapar virus menjadi lebih tinggi karena satu sel yang biasanya diisi satu orang, kini bisa diisi tiga sampai empat orang. Begitu juga dengan sel besar yang seharusnya diisi tujuh orang, bisa menampung hingga 20 orang.
Ketika puncak kasus di DKI Jakarta pada Juli 2021, setidaknya ada 20 warga binaan di Rutan Salemba yang terpapar Covid-19. Hal tersebut menimbulkan pertanyaan lantaran aktivitas dan keseharian warga binaan hanya berada dari balik jeruji sel atau lapangan rutan untuk berjemur dan senam pagi.
Di sisi lain, protokol kesehatan juga diterapkan. Petugas sipir rajin mengingatkan para warga untuk menjaga kebersihan kamar sel, mencuci tangan di tempat yang sudah disediakan serta memakai masker jika harus ke klinik dan keluar dari sel.
Apalagi kunjungan dari keluarga dan kerabat. Para warga binaan sudah hampir setahun tidak mendapat kunjungan langsung dari orang-orang terdekat. Selama pandemi Covid-19, kunjungan di Rutan Salemba dilakukan secara daring atau online.
"Saya rasa mereka terpapar kemungkinan besar dari petugas. Karena tidak ada kontak dari luar kunjungan. Petugas kan sering kontrol ke blok, di situ lah mungkin ada kontak," kata Koordinator Klinik Rutan Salemba Jakarta Pusat dr Yusman Akbar Turatea seperti dilansir dari Antara, Selasa (3/8/2021).
Dokter Yusman mengatakan pada Juli lalu sebanyak 30 petugas di Rutan Salemba terpapar COVID-19 dan hingga kini sebagian dari mereka masih menjalani isolasi mandiri.
Sementara itu, warga binaan yang memiliki gejala sedang dilarikan ke fasilitas kesehatan untuk narapidana, RS Pengayoman Cipinang, Jakarta Timur. Sebagian warga binaan lainnya diisolasi di ruang khusus isolasi mandiri Rutan Salemba yang bisa menampung hingga 150 pasien.
"Kini, kasus positif pada warga binaan sudah nihil. Mereka pun sudah kembali ke bloknya masing-masing," imbuhnya.
Kondisi nihilnya kasus positif pada warga binaan tidak menutup kemungkinan terulang kembali. Dia khawatir kasus positif menyebar dari satu orang ke sesama penghuni satu sel, kemudian dari satu sel ke sel lainnya hingga dari blok satu ke blok lainnya.
Karena itu, Kantor Wilayah Kementerian Hukum dan HAM DKI Jakarta bekerjasama dengan Pemprov DKI Jakarta untuk mempercepat pelaksanaan vaksinasi terhadap warga binaan.
#ingatpesanibu #sudahdivaksintetap3m #vaksinmelindungikitasemua