Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Pertahanan Amerika Serikat (AS) LLoyd J. Austin III berencana akan melawat ke Asia Tenggara untuk menggalang kekuatan melawan China dan mewujudkan Indo - Pasifik.
Hal ini diungkapkan oleh Austin dalam akun Twitter-nya.
"Saat ini, saya sedang menuju Asia Tenggara di mana saya akan berusaha memperdalam hubungan Amerika dengan sekutu dan mitra yang menjadi sandaran keamanan bersama kita. Jaringan aliansi dan persahabatan adalah aset strategis yang tidak tertandingi," katanya.
Austin berangkat pada Jumat (23/7/2021) untuk mengunjungi Alaska, Singapura, Hanoi, dan Manila.
"Kunjungan Menteri Austin menggambarkan administrasi Biden-Harris menganggap penting Asia Tenggara dan Asean sebagai bagian esensial dalam arsitektur Indo - Pasifik," kata juru bicara Pentagon John F. Kirby pada 19 Juli lalu.
Dilansir dari Channel News Asia pada Senin (26/7/2021), Amerika Serikat telah menargetkan China sebagai perhatian utama terkait dengan isu kebijakan keamanan nasional selama beberapa tahun. Biden juga telah menyebut Beijing sebagai ujian geopolitik terbesar dalam abad ini.
Baca Juga
"Anda akan mendengar saya berbicara banyak tentang kemitraan dan nilai kemitraan. Tujuan saya adalah untuk memperkuat hubungan," kata Austin.
Dalam kunjungannya ke Asia Tenggara Selasa (27/7/2021), Austin akan menyerukan perilaku agresif China di Laut China Selatan dan menekankan pentingnya menjaga wilayah yang lebih luas bebas dan terbuka.
Perjalanan bos Pentagon ini diikuti dengan kunjungan yang dilakukan oleh Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman ke China dan Menteri Luar Negeri Antony Blinken ke India, mitra negara AS untuk melawan Beijing.
Sejumlah ahli studi internasional menilai kunjungan Austin menunjukkan pentingnya peran Asia Tenggara untuk memuluskan upaya Biden.
"Pemerintah memahami bahwa kawasan ini sangat penting, jadi itu sebagian besar: muncul begitu saja,” kata Gregory Poling, pejabat senior untuk Asia Tenggara di Pusat Studi Strategis dan Internasional Washington.
Seperti diketahui, Malaysia, Vietnam, Filipina, Brunei Darussalam, dan Taiwan terlibat dalam perseteruan terkait dengan klaim wilayah di Laut China Selatan. Hal ini mengundang kehadiran AS untuk menghadapi kegiatan militer China di perairan tersebut.