Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Daftar Obat Covid-19 Diburu Menkes: Buatan China, India, hingga Swiss

Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin memburu obat Covid-19 yang diproduksi di luar negeri, yaitu China, India, hingga Swiss. Simak daftar obat Covid-19 yang dicari pemerintah.
Obat Actemra dipercaya kurangi risiko kematian pasien COvid-19./Istimewa
Obat Actemra dipercaya kurangi risiko kematian pasien COvid-19./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan pemerintah terus berupaya memburu obat Covid-19 yang diproduksi sejumlah negara, yaitu China, India, Pakistan, hingga Swiss.

Dia mengidentifikasi untuk obat-obat yang ada pabriknya di dalam negeri relatif masih terkontrol suplainya. Meski demikian, dia menyadari bahwa obat-obatan Covid-19 impor secara global supply-nya sangat ketat.

"Pertama, obat Remdesivir yang kami impor dari India Pakistan dan China. Sekarang solusinya kita sudah negosiasi dengan Ibu [Menteri Luar Negeri Retno Marsudi] dibantu agar India bisa membuka kembali karena ekspornya dan sudah boleh masuk 50.000 via Minggu ini dan nanti bertahap 50.000 setiap Minggu," ujarnya dalam konferensi pers daring, Jumat (16/7/2021).

Menkes mengatakan Kemenlu RI sudah membuka akses ke India supaya obat yang mirip dengan Remdesivir bisa masuk ke Indonesia.

Selanjutnya, Budi Gunadi mengungkapkan obat yang jarang juga adalah Actemra. Dia menuturkan secara global memang sangat sulit mendapatkan obat tersebut. Acremta diproduksi perusahaan Roche di Swiss.

"Kami juga sudah bicara dengan CEO Roche dan memang diakui ada global supply yang ketat. Stok yang ada sekarang masih jauh dari yang kita butuhkan," ungkapnya.

Budi mengatakan pemerintah mencari beberapa alternatif obat yang mirip dengan produk actemra ini dari Amerika Serikat.
Menurutnya, kebetulan Amerika Serikat pada saat gelombang pertama dan kedua memiliki stok obat yang cukup banyak.

"Mudah-mudahan kami bisa membawa obat alternatif yang mirip dengan Actemra ke Indonesia dalam waktu dekat," jelasnya.

Selain itu, pemerintah juga mencari obat yang namanya Gamaras,merek dagang dari dari kategori obat yang dikenal dengan grup IVIG.

Budi mengungkapkan Gamaras diproduksi di China. Indonesia, lanjutnya, juga membutuhkan cukup banyak obat Gamaras. Saat ini, Kemenkes sudah bisa mendatangkan sekitar 30.000 vial.

Menurutnya, arahan Presiden Joko Widodo saat ini memastikan vaksinasi dipercepat dan stok yang ada digunakan. Dengan demikian, stok nanti hanya akan disimpan di kantor pusat di Biofarma.

"Namun, saat ini kami membutuhkan lebih banyak lagi dan sekarang dengan dibantu oleh Kemenlu. Kami terus melakukan lobi-lobi dengan pemerintah China. Karena itu, yang sekarang sedang kita terus kejar agar bisa memenuhi kebutuhan di dalam negeri," jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper