Bisnis.com, JAKARTA – Dalam penanganan lonjakan kasus Covid-19, Kementerian Kesehatan mengambil sejumlah langkah untuk menambah kapasitas rumah sakit untuk perawatan pasien Covid-19.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengungkapkan ada tiga strategi yang bisa dilakukan, terutama bila kasus memburuk antar 30-60 persen dalam sepekan ke depan.
“Pasalnya di beberapa wilayah bed occupancy rate [BOR] sudah sangat tinggi. Kalau memburuk 30 persen, yang berat adalah Yogyakarta dan DKI Jakarta. Jadi yang paling berat kalau ada perburukan sebesar 30 persen atau 2-3 persen per hari. Karena akan kekurangan tempat tidur isolasi dan ICU,” ujarnya.
Pertama, di Yogyakarta misalnya, BOR-nya 91 persen tapi baru terisi 2.400-2.500an tempat tidur. Padahal, yang tersedia sebenarnya ada 8.200.
Menurut Budi, RS di Yogyakarta masih bisa konversi 2.000 lagi, sehingga totalnya menjadi 4.000 dan bisa menurunkan BOR.
“Saya paham di RS ada jatahnya untuk masing-masing spesialis untuk siapkan kamar. Tapi, karena sekarang sedang naik pasien Covid-19-nya, dedikasikan dulu untuk Covid-19,” tegasnya.
Baca Juga
Kedua, konversi 1 rumah sakit besar agar bisa digunakan 100 persen untuk Covid-19.
Di Jakarta, saat ini sudah ada RS Fatmawati, RSUP Persahabatan, dan RS Sulianti Saroso yang menambah kapasitas hampir 1.000 kamar.
“Ini juga perlu dilakukan di kota-kota lain kalau BOR-nya makin tinggi, dan konversi sudah di atas 50-60 persen,” kata Budi.
Ketiga, menambah RS lapangan atau darurat. Jika belajar dari pengalaman, agar memakai fasilitas yang sudah ada, yang sudah ada kamar, kamar mandi, tempat tidur.
“Itu paling penting daripada bikin baru. Itu yang sudah kita lakukan di Asrama Haji ada tambahan 900, dan mungkin bisa dipakai sekitar 700-800-an. Ini ada oksigen dan bisa melayani pasien gejala sedang,” jelasnya
Di Asrama Haji, juga ada 1 gedung khusus untuk ICU yang bisa menampung lebih dari 100 pasien, jadi kemungkinan ada 900-1.000 pasien.