Bisnis.com, JAKARTA - Kemusuk, sebuah dusun di Desa Argomulyo, Kecamatan Sedayu, Kabupaten Bantul, Yogyakarta menjadi saksi kelahiran Soeharto pada 8 Juni 1921. Kemusuk juga menjadi saksi betapa pasukan Belanda yang marah menembaki para lelaki yang ditemui di desa itu. Para serdadu Belanda itu senewen saat memburu Soeharto.
Begitulah, Kemusuk beberapa kali menjadi saksi sejarah. Saat memburu Soeharto dan keluarganya ke Desa Kemusuk pada 7 Januari 1949, ketika Agresi Militer Kedua, tentara Belanda yang marah karena tidak menemukan Soeharto menembaki setiap laki-laki yang mereka temui di Kemusuk.
Kemarahan pihak Belanda itu menyebabkan 23 orang tewas tertembak. Salah seorang kepala keamanan, Joyo Wigeno ditangkap dan dipaksa menunjukkan tempat persembunyian keluarga Soeharto.
Belanda juga menyerbu Kemukus dan menembaki penduduk sipil dan tentara Indonesia. Setidaknya 202 orang tewas, termasuk 62 orang anggota Brimob yang saat itu tengah berhenti di Kemusuk. Peristiwa tersebut turut menewaskan ayah tiri Soeharto, R. Atmoprawiro, dengan luka tembak di kepala. R. Atmoprawiro dikabarkan ditembak tentara Belanda saat lari di pematang sawah.
Warga Kemusuk merekam tragedi itu dengan membangun monumen Setu Legi dan makam Somenggalan. Selain Monumen Setu Legi, terdapat beberapa bangunan yang berhubungan dengan Soeharto.
1. Monumen Setu Legi
Monumen Setu Legi dibangun untuk mengenang perjuangan warga Desa Argomulyo, khususnya warga Kemusuk, saat terjadi Agresi Militer Belanda II di Yogyakarta.
Tragedi tersebut terjadi pada Jumat, 7 Januari 1949, Belanda menyerang Dusun Kemusuk sebagai tempat persembunyian keluarga Soeharto dari sebelah utara.
Dilansir dari jurnal Kecamatan Sedayu, Monumen Setu Legi setinggi dua meter dan panjang 1,5 meter dibangun di depan balai desa Argomulyo, Sedayu, Bantul, Yogyakarta, dengan arsitektur Dulhari.
Korban yang gugur dalam peristiwa Agresi Militer Belanda II berjumlah 45 orang, sedangkan yang tercatat dalam sejarah hanya 23 orang saja. Jumlah 23 orang tersebut adalah yang gugur pada Jumat Kliwon. Sedangkan 22 orang lainya gugur pada hari Sabtu, namun karena mereka gugur pada Sabtu sore maka dalam penghitungan hari Jawa sudah masuk ke Minggu Pahing.
Di dinding sebelah timur monumen ditulis nama-nama korban yang gugur akibat serbuan Belanda tersebut. Mereka di antaranya Atmoprawiro, Joyowigeno, Mangunsahar, Imandiharjo, Atmopawiro, Kartodimejo, Sastrowiharjo, Salamun, Kusnidibyodumarto, Mulslamet, Joyodiharjo, Boiman, Sorejo,, Karsotaruno, Ronopaijo, Kartodiryo, Paing, Wongsosetiko, Josetomo, Kriyodi Kromo, Wiryosalimin, Rejoinangun, Jotaruno Solet, Martorejo, dan Samijo.
2. Memorial HM Soeharto
Memorial HM Soeharto dibangun sebagai penanda dan pengingat serta wahana edukasi tentang Jenderal Besar Haji Muhammad Soeharto. Pembangunan memorial tersebut dilakukan oleh keluarga besar HM Soeharto di bawah prakarsa Probosutedjo, salah satu adik Soeharto, dan diresmikan pada 8 Juni 2013.
Memorial ini dibangun di tanah kelahiran Soeharto, menempati lahan seluas 3.620 meter persegi. Di lahan tersebut didirikan sejumlah bangunan, di antaranya rumah joglo, Rumah Notosudiro, Rumah Atmosudiro, serta petilasan tempat Soeharto dilahirkan. Sebuah patung perunggu Soeharto diletakkan di gerbang Memorial HM Soeharto, patung ini dikerjakan oleh pematung bernama Suhartono.
3. Makam Somenggalan
Makam Somenggalan merupakan pengabadian nama-nama tokoh masyarakat yang bernama Wongsomanggolo. Makam Somenggalan mulai popular semenjak di dalam lingkungan tanah makam lama yang dikenal dengan nama makam Gedong, dibuat tanah makam baru yang dikenal dengan Makam Korban Perang. Lokasi Makam Korban Perang ini berada di sebelah selatan makam lama si Gedong. Makam Somenggalan lahir dari gagasan Probosutedjo.
Probosutedjo pernah mengingatkan agar anak cucu mengetahui betapa banyak korban akibat perang melawan Belanda ketika pada 1 Maret 1949, selama enam jam Yogyakarta, sebagai Ibu Kota RI, dapat direbut kembali dari Belanda.
Peristiwa tersebut membuat klaim Belanda yang menyatakan Indonesia kembali ke tangan penjajahan menjadi tidak didengar lagi.
Korban perang yang dimakamkan di Somenggalan berasal dari Kecamatan Gamping, Sedayu, Godean, Moyudan. Nama Makam Somenggalan diresmikan tahun 1991 oleh Wakil Presiden Sudharmono.