Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Secuil Kisah Tragis Usai Serangan Israel ke Gaza

Gencatan senjata antara Israel dengan Palestina belum akan mengakhiri penderitaan masyarakat setempat, terutama para korban cacat seumur hidup dan trauma perang.
Asap dan api membumbung selama serangan udara Israel di tengah maraknya kekerasan Israel-Palestina, di Gaza (12/5/2021)./Antararnrn
Asap dan api membumbung selama serangan udara Israel di tengah maraknya kekerasan Israel-Palestina, di Gaza (12/5/2021)./Antararnrn

Bisnis.com, JAKARTA — Serangan Israel ke Gaza selama 11 hari kini menyisakan duka  bagi warga lokal. 

Gencatan senjata antara Israel dengan Palestina belum akan mengakhiri penderitaan mereka, terutama para korban cacat seumur hidup selain trauma perang yang berkepanjangan. 

Saat mereka keluar dari persembunyian, orang-orang yang tinggal di Kota Gaza harus menyesuaikan kembali ingatan mereka. Begitu hancurnya kawasan pantai itu, jalan-jalan dan landmark kota yang dua minggu lalu masih terlihat jelas, kini sebagian besar tidak lagi terlihat.

Jalan-jalan pintas untuk menghindari lalu lintas  tidak lagi berfungsi karena tertutup puing-puing bangunan yang hancur dan menghalangi jalan. Gedung-gedung tinggi yang terkenal secara lokal pun tidak ada lagi.

Pemboman sebelas hari telah melemahkan salah satu kota penting di Timur Tengah tersebut. Serangan udara mengguncang tanah dengan sangat keras sehingga beberapa lokasi bekas bom dijatuhkan tampak membuat seolah-olah bangunan telah ditarik ke dalam bumi akibat hantaman dari atas.

Di satu jalan, tembok bangunan sekolah taman kanak-kanak terlihat Amblas sampai hilang sama sekali.

Semua kejadian tragis itu medupakan akibat perang terbaru Israel dengan Hamas, yang berakhir dengan gencatan senjata pada hari Jumat. Sebanyak 248 warga Palestina, termasuk 66 anak-anak serta sejumlah pejuang tewas dan menyebabkan lebih dari 1.900 terluka di Gaza.

Sedangkan di Israel, 12 orang, termasuk satu tentara dan dua anak, dibunuh oleh militan yang menembakkan roket, mortir dan rudal anti-tank. 

Perdana Menteri negara itu, Benjamin Netanyahu, mengatakan pasukannya telah melakukan "segala kemungkinan" untuk menjaga warga mereka sendiri aman, tetapi juga untuk memastikan warga sipil Palestina tidak berada dalam bahaya.

Pernyataan seperti itu tentunya akan menimbulkan cemoohan di sepanjang Jalan al-Wehda, jalan utama di pusat Kota Gaza. Kawasan itu telah diguncang oleh beberapa serangan selama sepekan terakhir, termasuk serangan tunggal paling mematikan dari putaran terakhir sebelum gencatan senjata yang menewaskan 42 orang.

Di salah satu ujung kawasan al-Wehda, fasilitas medis terbesar di Gaza, yakni rumah sakit Shifa terlihat berisi banyak orang yang selamat.

Amjed Murtaja (40), terbaring di ranjang rumah sakit, kakinya dipenuhi goresan. Dia berada di apartemen sewaan di lantai empat di al-Wehda ketika sebuah rudal menghantam balkon apartemennya.

“Bangunan itu berguncang. Satu-satunya pikiran saya adalah mencari istri dan anak saya,” katanya ssperfi dikutip TheGuardian.com, Minggu (23/5/2021).

Murtaja lari ke ruangan lain tepat pada waktunya untuk memeluk keluarganya sebelum serangan kedua melanda yang menyebabkan seluruh bangunan runtuh. 

“Kami jatuh bersama,” katanya. Ketika bangun rubuh akibat hantaman rudal, lengan Murtaja terjepit, meskipun istrinya, Suzan, dan putranya yang berusia dua tahun ada di sampingnya.

Ketika dia berbicara tentang keadaan dirinya, pasien lain, pengunjung, dan petugas kebersihan rumah sakit menghentikan apa yang mereka lakukan dan mendengarkan dengan saksama. Murtaja dan istrinya, yang kemudian dikonfirmasi oleh dokter telah mengalami patah punggung, ternyata terjebak selama empat jam sampai tetangga dan penyelamat menggali dan mengeluarkan mereka.

Kisah Murtaja baru secuil dari kisah duka yang dialami para korban lainnya. Tentunya penderitaan warga Gaza tidak berakhir sampai di situ, karena potensi pertempuran antara Israel dan Palestina tampaknya masih akan bisa meledak pada susatu waktu.

Alasannya, gencatan senjata bukan harga mati untuk mengakhiri konflik yang sudah berjalan puluhan tahun di sana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper