Bisnis.com, JAKARTA - Administrasi Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden mengelak tudingan Korea Utara dan mengklaim bahwa kebijakannya tidak mencari permusuhan dengan Korea Utara, melainkan mengutamakan denuklirisasi di Semenanjung Korea.
Dilansir dari Bloomberg, Senin (3/5/2021), pernyataan tersebut disampaikan oleh Penasihat Keamanan Nasional AS Jake Sullivan setelah Korea Utara menuding komentar Joe Biden soal program nuklir sebagai ancaman tidak dapat ditoleransi.
“Pendekatan yang lebih terkalibrasi, praktis, dan terukur adalah peluang terbaik untuk benar-benar menggerakkan bola ke lapangan [menuju pengurangan program nuklir Korea Utara], kata Sullivan dalam This Week yang disiarkan ABC.
"Kami siap untuk terlibat dalam diplomasi menuju tujuan akhir tersebut," lanjutnya.
Sementara itu, pada Minggu (2/5/2021), pejabat Korea Utara mengatakan, bahwa Biden membuat kesalahan besar dalam komentarnya tentang program nuklir Pyongyang.
“Terkait Iran dan Korea Utara, program nuklir yang menunjukkan ancaman serius terhadap keamanan Amerika dan dunia, kami akan bekerja sama dengan sekutu kami untuk menangani ancama dari keuda negara melalui diplomasi, dan juga penolakan tegas,\" kata Biden dalam pidato di depan Kongres pada 28 April.
Sementara itu, Dirjen Departemen urusan AS Kementerian Luar Negeri Korea Utara Kwon Jong-gun mengatakan bahwa pernyataan Biden telah mencerminkan sikapnya yang tetap berpegang pada kebijakan permusuhan dengan Korut seperti yang sudah terjadi selama lebih dari setengah abad.
"Ini menjadi tanda nyata bahwa mereka bersiap untuk pertarungan habis-habisan. Kami telah memperingatkan AS agar mereka paham bahwa AS akan terluka jika memprovokasi kami," kata Kementerian Luar Negeri Korea Utara.
Sekretaris Pers Gedung Putih Jen Psaki mengatakan pada hari Jumat (30/4/2021), bahwa AS telah menyelesaikan peninjauan kebijakan Korea Utara-nya. Biden juga dijadwalkan bertemu dengan Presiden Korea Selatan Moon Jae-in pada 21 Mei, di mana Korea Utara diharapkan menjadi agenda utama dalam pertemuan.