Bisnis.com, JAKARTA - Militer China diduga menginstruksikan para peretas untuk menyerang ratusan target di Jepang, termasuk badan antariksa dan perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan pertahanan.
Melansir NHK, Rabu (21/4/2021), kepolisian Jepang mengirim berkas kepada jaksa penuntut terkait seorang anggota Partai Komunis China pada Selasa (20/04/2021) atas dugaan memanipulasi catatan digital yang berhubungan dengan serangan siber.
Departemen Kepolisian Metropolitan Tokyo menyatakan Badan Eksplorasi Antariksa Jepang, JAXA, mengalami serangan siber pada 2016. Kepolisian mengidentifikasi seorang pria China yang menyewakan sejumlah server di Jepang yang diduga digunakan dalam serangan tersebut.
Dikatakan bahwa pria yang saat ini tidak lagi berada di Jepang itu merupakan seorang ahli teknik komputer berusia 30-an tahun. Dia dituduh menyewakan sejumlah server sebanyak 5 kali dengan nama palsu.
Sumber-sumber investigasi menyatakan bahwa identitas server tersebut serta informasi-informasi kredensial lainnya diteruskan kepada kelompok peretas Cina yang dikenal dengan sebutan "Tick".
Kepolisian Tokyo menduga bahwa Tentara Pembebasan Rakyat China menginstruksikan Tick untuk melancarkan serangan siber di Jepang.
Seorang juru bicara JAXA menyampaikan kepada NHK bahwa badan antariksa itu mengalami akses tanpa izin, tetapi tidak terjadi kebocoran data ataupun kerugian lainnya.
Seorang pakar keamaan siber Iwai Hiroki mengatakan Tick merupakan salah satu dari kelompok peretas privat yang diyakini bekerja di bawah instruksi Tentara Pembebasan Rakyat China dan otoritas keamanan nasional.
Ia mengungkapkan bahwa Tick mulai aktif pada awal 2000-an dan diyakini menargetkan entitas riset antariksa melalui serangan yang rumit.