Bisnis.com, JAKARTA – Dalam Laporan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Jateng 2018-2023, disebutkan bahwa sebanyak 61,79 persen warga Klaten mengonsumsi 1-6 bungkus mi instan tiap pekan.
Persentase itu menjadi yang tertinggi di kawasan Soloraya. Di peringkat kedua terdapat Sragen, yang 57,50 persen warganya mengonsumsi 1-6 bungkus mi instan tiap pekan.
Seperti dilansir dari Solopos.com, Sabtu (27/3/2021) hal itu terungkap dalam dalam laporan Riskesdas Jateng 2018-2023 yang diterbitkan oleh Lembaga Penerbitan Badan Litbang Kesehatan Jateng.
Riskesdas merupakan penelitian bidang kesehatan berbasis komunitas yang biasa digelar sekali dalam lima tahun. Lima tahun dianggap sebagai interval yang tepat untuk menilai perkembangan status kesehatan masyarakat, faktor risiko, dan perkembangan upaya pembangunan kesehatan.
Setelah Klaten dan Sragen, Wonogiri menempati urutan ketiga dengan 56,92 persen warganya mengonsumsi 1-6 bungkus mi instan tiap pekan. Selanjutnya ada pula Boyolali (54,52 persen), Karanganyar (48,32 persen), Solo (46,91 persen) dan Sukoharjo (44,91 persen).
Sementara itu di tingkat Provinsi Jateng, sebanyak 58,87 persen warga mengonsumsi 1-6 bungkus mi instan tiap pekan.
Baca Juga
Dari 2.245 warga Sragen yang menjadi sampel penelitian, hanya 2,84 persen yang mengonsumsi kurang dari 1 bungkus mi instan/hari. Sisanya, 39,68 persen mengonsumsi kurang dari tiga bungkus mi instan/bulan.
Sementara itu dilihat dari latar belakang atau pekerjaan, anak sekolah menduduki peringkat tertinggi dalam mengonsumsi mi instan tiap pekan. Hasil penelitian itu mencatat 73,57 persen anak sekolah di Jateng mengonsumsi 1-6 bungkus mi instan tiap pekan.
Di peringkat selanjutnya terdapat kelompok masyarakat nelayan dengan 61,53 persen, pegawai swasta 60,05 persen, buruh 59,99 persen, wiraswasta 54,49 persen dan pengangguran 53,71 persen.
Sementara dilihat dari jenis kelamin, laki-laki di Jateng lebih mendominasi dengan 61,14 persen mengonsumsi 1-6 bungkus mi instan/pekan. Sementara 56,64 persen kaum wanita di Jateng mengonsumsi 1-6 bungkus mi instan/pekan.
Dalam penelitian itu disebutkan, mi instan merupakan salah satu makanan yang tidak baik dikonsumsi secara berlebihan. Dalam penelitian ini, mi instan disejajarkan dengan makanan berisiko lain seperti makanan manis, makanan asin, berlemak/kolestrol seperti gorengan, daging olahan dengan pengawet, minuman berkarbonasi dan lain-lain.