Bisnis.com, JAKARTA - Uni Eropa akan mempertimbangkan tingkat cakupan vaksinasi di suatu negara dan sejumlah catatan lainnya dalam memfasilitasi ekspor vaksin Covid-19 ketika memutuskan apakah akan melarang pengiriman vaksin individu ke Inggris dan tempat lain.
Revisi skema otorisasi ekspor tersebut, yang memperluas kriteria sebagai panduan bagi Uni Etopa (UE) untuk permintaan ekspor, akan diumumkan pada hari ini waktu setempat.
Para pemimpin Uni Eropa kemudian akan membahas langkah lebih jauh dalam mengontrol distribusi vaksin setelah mereka bertemu melalui konferensi video besok.
Terlepas dari niat Komisi Eropa, Kanselir Jerman Angela Merkel tampaknya akan memberikan kelonggaran kepada Inggris menjelang KTT virtual sebagai pertanda sensitifnya masalah tersebut.
“Dalam hal produksi vaksin, ada banyak sekali ketergantungan internasional,” katanya seperti dikutip TheGuardian.com, Rabu (24/3/2021).
Dia mengatakan, semua pihak harus sangat berhati-hati dalam memberlakukan larangan ekspor secara umum dan harus sangat memperhatikan rantai pasokan.
Baca Juga
“Kami akan membuat keputusan dengan cara yang bertanggung jawab, dan pada saat yang sama kami akan terus berbicara dengan pemerintah Inggris, karena PM Boris Johnson telah berbicara dengan kami dan Emmanuel Macron pada hari Minggu dan keduanya selalu berhubungan dengan komisi Eropa,” ujar Merkel.
Dia mengatakan, UE pasti akan membuat keputusan pada hari Kamis atau setidaknya mengadakan diskusi tentang itu.
Johnson pada Selasa (22/3/2021), mengatakan tidak akan terlibat dalam larangan ekspor sebagai bentuk langkah balas dendam.
Dia mengatakan, bahwa prioritasnya masih untuk menenangkan ketegangan daripada menyampaikana ancaman.
“Kami di negara ini tidak percaya pada blokade dari segala jenis vaksin atau bahan vaksin, itu bukan sesuatu yang diimpikan oleh negara ini," kata perdana menteri itu pada konferensi pers.
Johnson menambahkan bahwa dia "didorong" oleh para pemimpin Eropa mengungkapkan sentimen serupa.
“Tidak ada gunanya satu negara diimunisasi sendiri. Kami membutuhkan seluruh planet untuk divaksin," ujarnya.
Kepala Urusan Medis Inggris, Chris Whitty mengatakan semua vaksin adalah kolaborasi internasional sebagai peringatan terselubung terhadap nasionalisme vaksin.
“Kami melihat ini sebagai masalah internasional,” tukasnya.
Keputusan untuk merevisi mekanisme otorisasi ekspor saat ini muncul karena pejabat Inggris dan UE berusaha untuk menghindari dampak yang lebih merusak dari perselisihan antara Brussel dan perusahaan farmasi Anglo-Swedia, AstraZeneca.