Bisnis.com, JAKARTA - Wakil Presiden Ma’ruf Amin mengatakan penanganan tuberkulosis (TBC) harus menggunakan pendekatan multisektoral dengan melibatkan seluruh jajaran pemerintah dan segenap lapisan masyarakat.
Wapres mengatakan pendekatan multisektoral yang dimaksud dengan melibatkan pemerintah pusat dan daerah, kementerian dan lembaga, perguruan tinggi, dunia usaha, lembaga swadaya masyarakat, harus diperkuat,
Saat ini kasus TBC di Indonesia masih cukup tinggi. Menurut data WHO Global Tuberculosis Report 2020, diperkirakan jumlah kasus TBC di Indonesia mencapai 845.000 kasus dengan angka kematian sebanyak 93.000 kasus.
"Upaya penanganan tuberkulosis harus didukung seluruh jajaran pemerintah dan segenap lapisan masyarakat agar tidak ada hambatan sosial-ekonomi apa pun dalam menjangkau pelayanan kesehatan yang berkualitas,” katanya dalam acara puncakPeringatan Hari Tuberkulosis Sedunia (HTBS) Tahun 2021 pada Rabu (24/3/2021).
Wapres juga mendorong peran dunia usaha dan akademisi dalam menghasilkan inovasi-inovasi untuk penyediaan alat kesehatan dan pengobatan TBC dengan harga yang lebih terjangkau.
Lebih lanjut, Wapres menjelaskan bahwa dampak akibat tingginya kasus tuberkulosis di Indonesia sebenarnya jauh lebih besar daripada beban akibat biaya pengobatan TBC itu sendiri.
Baca Juga
"Beban utama bagi negara akibat TBC ini adalah hilangnya produktivitas karena kelompok usia yang paling terdampak tuberkulosis adalah kelompok usia produktif," ujarnya.
Dalam kesempatan tersebut Wapres juga menegaskan pentingnya memperkuat sistem pemantauan pasien TBC agar menjalani pengobatan sampai sembuh untuk memutus mata rantai (penularan) dan menghindari kemungkinan kebal atau resisten terhadap obat TBC.
"Terkait dengan resistensi terhadap obat TBC, penting untuk menjadi perhatian kita semua. Karena jika pasien tuberkulosis tidak menjalani pengobatan dengan benar selama 6 bulan, maka pasien menjadi resisten terhadap pengobatan yang disebut dengan Multi-drug-resistant tuberculosis (MDR-TB)," jelasnya.
Apabila terjadi MDR-TB, kata Wapres, pasien akan membutuhkan pengobatan yang jauh lebih lama yaitu dua tahun tanpa henti, sehingga memerlukan pendampingan yang ketat untuk menjaga kesinambungan pengobatannya.
"Penderita MDR-TB bila menularkan kepada orang lain menyebabkan orang yang tertular akan langsung menderita MDR-TB dan membutuhkan pengobatan selama 2 tahun juga. Indonesia sendiri dianggap memiliki prevalensi MDR-TB yang tinggi," pesannya.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyampaikan komitmen Indonesia dalam mencapai eliminasi TBC tahun 2030 yaitu dengan menurunkan insiden TBC menjadi 65/100.000 penduduk agar tetap berjalan sesuai dengan trek yang seharusnya.
Salah satu upayanya adalah digitalisasi pemantauan minum obat pasien TBC dan penerapan mekanisme agar pasien TBC dapat berobat sampai sembuh dalam situasi pandemi Covid-19 dan integrasi penanganan TBC dengan stunting di 160 Kabupaten/Kota.