Bisnis.com, JAKARTA - Huawei Technologies Co. mengeluarkan ponsel pintar lipat kelas atas seharga US$2.800, setelah pendapatan dan laba hampir tidak tumbuh pada 2020 di puncak sanksi era Presiden Amerika Serikat Donald Trump.
Perusahaan teknologi terbesar di China itu memperkenalkan Mate X2 seharga 17.999 yuan (US$2.800) yang terbentang menjadi layar 8 inci (203mm) dan didukung oleh chip 5G Kirin 9000.
Upaya itu merupakan langkah mempertahankan bisnis gawai selulernya yang menyusut di tengah kemungkinan Washington tidak akan membatalkan pembatasannya dalam waktu dekat.
Setelah menjadi produsen smartphone terbesar di dunia, Huawei mengalami tahun yang berat karena pasokan chip-nya menipis akibat pembatasan AS dari pemasok utama seperti Taiwan Semiconductor Manufacturing Co.
Namun, pendiri Huawei, Ren Zhengfei telah berjanji untuk mempertahankan bisnis telepon pintar. Perusahaan kini fokus melayani klien perusahaan untuk mengimbangi bisnis yang hilang.
"Kami mengelola pertumbuhan marjinal baik dalam penjualan maupun laba. Kami akan bekerja dengan mitra tentang cara menerapkan produk Huawei dalam bisnis mereka.," kata Ken Hu, ketua bergilir perusahaan saat ini, dilansir Bloomberg, Selasa (23/2/2021).
Baca Juga
Melalui kemitraan itu, lanjutnya, perusahaan tidak hanya berharap dapat mengembangkan sejumlah solusi dari nol, tetapi juga menduplikasinya dalam skala besar.
Huawei telah menjalankan produksi ponsel dengan kapasitas yang mendekati minimum untuk mempertahankan cadangan komponen yang ada dan memperpanjang siklus hidup perangkatnya. Hal itu memicu kekurangan produk di tingkat peritel di seluruh negeri.
Sementara itu, Mate X2 akan mulai dijual di China pada 25 Februari 2021, dengan harga 18.999 yuan untuk versi yang lebih besar dengan penyimpanan 512 gigabyte.
Produk ini akan menjalankan versi Google Android yang disesuaikan untuk China, yang tidak memiliki aplikasi inti dan fitur komersial perusahaan AS, tetapi dapat diperbarui ke sistem operasi Harmony milik Huawei pada April.
"Kami telah menyiapkan kapasitas yang cukup untuk Mate X2, kapasitasnya terus bertambah setiap hari," kata Richard Yu, Kepala Eksekutif Unit Elektronik Konsumen Huawei.
Yu mengatakan bahwa lebih banyak ponsel kelas atasnya akan didukung oleh perangkat lunak internal daripada Android di masa depan.
Sebelumnya, Huawei berada di tengah-tengah ketegangan antara AS dan China setelah Gedung Putih memasukkan ke dalam daftar perusahaan yang mengancam keamanan nasional. Pembatasan itu menekan pertumbuhan dan memaksa perusahaan menjual perangkat kelas bawahnya tahun lalu.
Ren telah mendesak pemerintahan AS yang baru untuk mengadopsi kebijakan terbuka terhadap Huawei, yang pada gilirannya akan menguntungkan pemasoknya di AS.
Namun, Calon Sekretaris Perdagangan AS Gina Raimondo, mengatakan di depan Senat bahwa menurutnya tidak ada alasan mengapa pembatasan era Trump tidak boleh dilanjutkan.
Pengiriman smartphone Huawei turun 42 persen dalam tiga bulan terakhir 2020 sementara pesaing terbesarnya Samsung Electronics Co., Apple Inc. dan Xiaomi Corp. semuanya memperoleh pangsa pasar, menurut peneliti IDC.