Bisnis.com, CHICAGO - Amankan ibu hamil di suntik vaksin Covid-19? Pertanyaan itu mengemuka terkait mendesaknya ibu hamil mendapat vaksin. Di sisi lain kekhawatiran atas dampak vaksin terhadap ibu hamil dan janin yang dikandungnya belum terjawab.
Terkait keamanan penyuntikkan vaksin Covid-19 terhadap ibu hamil, fase riset internasional kini sudah dimulai.
Pfizer dan BioNTech mulai melakukan riset internasional penggunaan vaksin terhadap ibu hamil.
Sebanyak 4.000 partisipan dilibatkan untuk mengevaluasi keamanan dan keampuhan vaksin Covid-19 pada ibu hamil yang sehat.
Demikian dijelakan kedua perusahaan tersebut, Kamis (18/2/2021) waktu setempat.
Ibu hamil berisiko tinggi mengalami Covid-19 parah. Banyak petugas kesehatan masyarakat menyarankan agar beberapa perempuan dengan profesi berisiko tinggi disuntik vaksin, bahkan saat belum ada bukti bahwa vaksin aman untuk mereka.
Pekan lalu Institut Kesehatan Nasional Amerika Serikat (NIH) menyerukan agar ibu hamil dan menyusui dilibatkan dalam riset vaksin Covid-19.
Pakar bioetika, vaksin dan kesehatan ibu bertahun-tahun mendesak supaya ibu hamil disertakan di awal uji klinis vaksin, sehingga mereka tidak perlu menunggu lama sampai ada vaksin yang efektif.
Akan tetapi, ibu hamil dikecualikan dari uji kllnis AS yang lebih besar, yang dilakukan untuk mengantongi izin penggunaan darurat vaksin Covid-19.
Produsen obat mengatakan bahwa mereka terlebih dahulu perlu memastikan vaksin aman dan efektif secara umum.
Di AS, regulator mengharuskan produsen obat melakukan riset keamanan pada binatang yang sedang hamil sebelum vaksin diuji cobakan pada ibu hamil guna meyakinkan bahwa vaksin tidak membahayakan janin atau menyebabkan keguguran.
Pihak perusahaan mengaku riset tersebut tidak memunculkan risiko baru. Ibu hamil di AS sudah menerima dosis pertama vaksin mereka, kata perusahaan
Riset lanjutan akan menguji ibu hamil berusia 18 tahun ke atas di AS, Kanada, Argentina, Brazil, Chile, Mozambik, Afrika Selatan, Inggris Raya dan Spanyol.
Mereka nantinya akan menerima vaksin pada minggu ke 24-34 kehamilan, mendapatkan dua suntikan dengan selisih waktu 21 hari - regimen serupa yang digunakan pada uji klinis yang lebih besar.
Tak lama setelah melahirkan, partisipan yang mendapat plasebo dalam uji klinis akan diberikan kesempatan untuk memperoleh vaksin yang sebenarnya, dengan status masih menjadi bagian dari riset, kata perusahaan.