Bisnis.com, JAKARTA – Vaksin Covid-19 yang diproduksi Pfizer Inc. dan BioNTech SE menstimulasi dua per tiga neutralizing antibodi atau antibodi penetral lebih rendah melawan varian Virus Corona yang beredar di Afrika Selatan.
Hasil tersebut merupakan penelitian dari vaksin Pfizer melawan virus buatan laboratorium yang menggabungkan seluruh Virus Corona yang bermutasi di Afrika Selatan. Varian virus ini disebut bisa menyebar lebih cepat dari varian-varian virus sebelumnya.
Studi tersebut menunjukkan antibodi penetral yang dihasilkan dari vaksin itu lebih rendah pada orang yang divaksin menggunakan vaksin Pfizer-BioNTech. Namun, secara umum vaksin masih bisa bekerja melawan varian virus yang bermutasi tersebut.
Studi yang dilakukan oleh Pfizer, BioNTech dan University of Texas Medical Branch at Galveston menunjukkan, bahwa seluruh sampel darah orang yang divaksin Pfizer masih menunjukkan cukup banyak antibodi penetral untuk melawan Virus Corona di Afrika Selatan.
Pada studi terpisah oleh National Institute of Allergy and Infectious Diseases dan Moderna Inc., menunjukkan bahwa vaksin Moderna juga menghasilkan antibodi lebih sedikit ketika melawan virus yang bermutasi di Afrika Selatan.
“Masih belum jelas apa yang akan terjadi jika antibodi penetral yang dihasilkan lebih rendah hingga dua per tiga dari biasanya,” tulis studi Pfizer tersebut, dilansir Bloomberg, Kamis (18/2/2021).
Mutasi virus di Afrika Selatan menjadi salah satu penghambat program dan kampanye vaksinasi. Sebelumnya, Pemerintah Afrika Selatan juga sudah menunda peluncuran vaksin AstraZeneca Plc. setelah studi menunjukkan bahwa vaksin tersebut tak bisa bekerja baik mencegah gejala ringan dari varian virus pertama yang ditemukan di Afrika Selatan.
Dengan demikian, AstraZeneca memberi komitmen untuk merevisi vaksinnya pada musim gugur mendatang. Sementara itu, vaksin Moderna Inc. akan digunakan sebagai suntikan penguat atau booster.
Pfizer dan BioNTech juga menyatakan tidak ada bukti bahwa varian virus di Afrika Selatan dapat melawan vaksin mereka. Namun, kedua perusahaan tersebut mengatakan sudah bersiap untuk mengembangkan vaksin atau penguat jika memang diperlukan.
Keduanya juga melakukan uji apakan vaksin bisa bekerja melawan varian yang sudah berkembang di Brasil, dan juga pada mutasi virus lainnya.
Sementara itu, vaksin Covid-19 dari Johnson & Johnson pada sebuah studi juga menunjukkan kurang efektif untuk mencegah orang masuk rumah sakit dan kematian di Afrika Selatan dibandingkan dengan di negara lainnya. Begitu pula vaksin yang dikembangkan Novavax Inc. juga kurang efektif di Afrika Selatan.