Bisnis.com, JAKARTA — Percepatan pengembangan Vaksin Merah Putih buntu. Lini masa yang disusun oleh pengembang tidak dapat dipercepat lantaran tingkat kerumitan dan risiko gagal dalam proses pengembangan yang ternyata cukup tinggi.
Juru Bicara dan Sekretaris Perusahaan PT Bio Farma (Persero) Bambang Heriyanto mengatakan target rampungnya pengembangan Vaksin Merah Putih juga sudah dilengkapi dengan asumsi tidak terjadi kegagalan dalam proses pengembangannya di Bio Farma.
Untuk vaksin baru, sambungnya, harus ada proses optimasi dan upscaling terlebih dahulu dari skala laboratorium sampai dengan skala produksi. Kemudian, proses yang cukup lama akan terjadi pada fase uji praklinis terhadap hewan, uji klinis fase 1—3 terhadap manusia.
"Jika salah satu fase tidak memenuhi syarat, pengembangan vaksin kembali ke awal," kata Bambang kepada Bisnis, Rabu (17/2/2021).
Bio Farma telah menyiapkan sejumlah langkah lanjutan untuk mengantisipasi kegagalan dalam pengembangan Vaksin Merah Putih. Bambang mengatakan perusahaan akan menggunakan vaksin alternatif yang dikembangkan oleh institusi lain dengan platform yang sama.
"Vaksin Merah Putih kan dikembangkan oleh beberapa institusi, ada lembaga penelitian seperti Eijkman dan LIPI dan beberapa perguruan tinggi. Mungkin, dari beberapa institusi tersebut bisa menghasilkan beberapa kandidat vaksin dengan platform yang sama," jelasnya.
Bambang menambahkan, penetapan jadwal terhadap Vaksin Merah Putih ditetapkan setelah melalui skema percepatan di mana fase uji klinis 2 dapat dilakukan secara paralel dengan fase 1 interim.
Selanjutnya, uji klinis fase 3 pun juga dapat dilakukan secara paralel dengan penerbitan izin penggunaan darurat (emergency use authorization/EUA) oleh Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM).
Bio Farma belum dapat menerka jumlah dosis Vaksin Merah Putih yang akan diproduksi. Perkiraan tersebut, mesti harus menunggu ketersediaan kandidat vaksin yang akan dikembangkan.