Bisnis.com, JAKARTA — Peneliti politik dari ISEAS Yusof Ishak Institute Made Tony Supriatma menilai negatif cuitan Mantan Menteri Koordinator bidang Ekonomi dan Industri Kwik Kian Gie.
Dalam cuitannya Kwik mengatakan kebebasan berpendapat di era Presiden Joko Widodo relatif lebih terkungkung ketimbang era Mantan Presiden Soeharto.
Made menerangkan pendapat Kwik itu keliru.
Menurut Made kebebasan berekspresi atau berpendapat di zaman Soeharto direpresi secara sistematis oleh negara. Pada masa pemerintahan Jokowi, fungsi represi itu dijalankan oleh buzzer atau pendengung.
“Pertengahan tahun 1990-an, ketika Kwik naik daun, rezim Soeharto sudah lemah. Dia [Soeharto] beraliansi dengan kekuatan-kekuatan Islam, khususnya ICMI, yang memang ingin sistem yang lebih terbuka. Kwik secara tidak langsung, dia akui atau tidak, mendapat perlindungan Soeharto dan Orde Baru,” kata Made melalui pesan tertulis, Minggu (7/2/2021).
Made menganggap Kwik ibarat kapal karatan ketika membandingkan kebebasan yang dia peroleh pada saat Soeharto berkuasa dengan situasi keterbukaan informasi hari ini.
Baca Juga
“Kwik itu orang Orba. Mentalitasnya, mentalitas Orba. Cara beroposisinya pun adalah Orba pula. Jadi, saya pikir, dia kapal karatan, biarlah Kwik hidup dalam masa lampaunya,” kata dia.
Sebelumnya, mantan Menteri Koordinator bidang Ekonomi dan Industri di era kepemimpinan Presiden Abdurrahman Wahid, Kwik Kian Gie angkat bicara terkait kebebasan berpendapat saat ini.
Melalui unggahan di akun Twitter, @kiangiekwik, Sabtu (6/2/2021) pukul 12.20 WIB, mantan Kepala Bappenas ini mengaku takut mengemukakan pendapat yang berbeda saat ini. Dia mengaku diganggu oleh para pendengung atau buzzer di media sosial yang mengumbar permasalahan pribadinya.
Kwik Kian Gie pun membandingkan dengan kondisi kebebasan berpendapat pada era kepemimpinan Presiden Soeharto. Menurutnya, saat itu dia diberi kolom di sebuah harian nasional untuk mengajukan kritik-kritik yang tajam tanpa ada masalah yang muncul setelahnya.
"Saya belum pernah setakut saat ini mengemukakan pendapat yg berbeda dng maksud baik memberikan alternatif. Langsung saja di-buzzer habis2an, masalah pribadi diodal-adil. Zaman Pak Harto saya diberi kolom sangat longgar oleh Kompas. Kritik2 tajam. tidak sekalipun ada masalah," demikian tulisnya melalui akun Twitter tersebut.
Belakangan Kwik mengoreksi istilah takut dengan kata tidak nyaman.