Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Asosiasi Dokter di Inggris Minta Jeda Penyuntikan Vaksin Dikaji Ulang

Sejauh ini, hampir 5,5 juta orang di Inggris sudah disuntik vaksin Pfizer dan BioNTech dosis pertama atau vaksin AstraZeneca dan Oxford University.
Tangan perempuan memegang botol kecil berlabel vaksin virus corona Covid-19 dan logo perusahaan farmasi Pfizer./Antara-Reutersrn
Tangan perempuan memegang botol kecil berlabel vaksin virus corona Covid-19 dan logo perusahaan farmasi Pfizer./Antara-Reutersrn

Bisnis.com, JAKARTA – Asosiasi dokter di Inggris menyarankan Pemerintah Inggris untuk meninjau kembali aturan mengenai jeda penyuntikan kedua berjarak 2 minggu setelah yang pertama.

Padahal, produsen vaksin Pfizer dan World Health Organization menyarankan jarak penyuntikan vaksin pertama dan kedua tidak mencapai 2 minggu.

Pemberlakuan ketentuan tersebut dilakukan Inggris untuk memberikan waktu bagi pemerintah dalam memberikan suntikan dosis pertama kepada sebanyak mungkin masyarakat.

Sejauh ini, hampir 5,5 juta orang sudah disuntik vaksin Pfizer dan BioNTech dosis pertama atau vaksin AstraZeneca dan Oxford University.

AstraZeneca meyakini suntikan pertama vaksin buatannya mampu memberikan perlindungan setelah 12 pekan penyuntikan, sedangkan Pfizer belum memiliki data efikasi jika penyuntikan kedua dilakukan setelah jeda terlalu lama dari suntikan pertama.

Asosiasi kedokteran tersebut menyatakan ada kekhawatiran dari sisi medis terkait penundaan penyuntikan kedua vaksin Pfizer sejalan dengan strategi Inggris yang telah mengisolasi diri dari negara-negara lain

“Belum ada negara yang mengadopsi pendekatan yang dilakukan Inggris,” kata Direktur Utama British Medical Association Chaand Nagpaul, dikutip dari Time, Minggu (24/1/2021).

Dia mengemukakan rekomendasi WHO yang menyatakan bahwa suntikan vaksin Pfizer dapat diberikan dengan jeda hingga 6 pekan dari suntikan pertama hanya dalam situasi tertentu.

“Saya memahami alasan rasional di balik keputusan ini. Tetapi jika itu keputusan yang benar maka seharusnya kita melihat negara-negara lain juga mengikutinya,” jelasnya.

Para peneliti di Inggris mulai mengumpulkan sampel darah dari berbagai kasus baru untuk mempelajari sejauh mana produksi antibody yang dihasilkan dari berbagai interval, mulai dari 3 pekan hingga 24 bulan.

Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan jawaban atas jeda waktu yang tepat untuk melakukan penyuntikan vaksin dari yang pertama dan kedua.


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper