Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Eropa mengatakan kredibilitas program vaksinasi mereka terancam setelah perusahaan farmasi Amerika Serikat, Pfizer mengumumkan perlambatan sementara pengiriman vaksin Covid-19.
Para menteri kesehatan dari Swedia, Denmark, Finlandia, Lituania, Latvia dan Estonia menyurati Komisi Eropa terkait keputusan Pfizer itu.
Dosis yang dikembangkan oleh Pfizer dengan mitranya dari Jerman, BioNTech, mulai dikirimkan ke Uni Eropa pada akhir Desember. Namun, sekitar sembilan dari 27 pemerintah UE mengeluhkan dosis yang tidak mencukupi pada pertemuan minggu ini.
Pfizer awalnya mengatakan pengiriman berjalan sesuai jadwal, tetapi kemudian mengumumkan akan merenovasi pabriknya untuk meningkatkan kapasitas produksi. Akibatnya, pengiriman vaksin selain ke Amerika Serikat harus ditunda.
"Situasi ini tidak dapat diterima," kata menteri kesehatan dan sosial dari enam negara Uni Eropa dalam sebuah surat kepada komisi Uni Eropa tentang penundaan Pfizer, dilanisr Channel News Asia, Sabtu (16/1/2021).
Para menteri mengatakan hal itu tidak hanya berdampak pada jadwal vaksinasi yang direncanakan, tetapi juga menurunkan kredibilitas proses vaksinasi.
Baca Juga
Jerman, pembeli terbesar Eropa untuk vaksin Pfizer, menyebut keputusan itu mengejutkan sementara Kanada mengatakan negaranya juga terpengaruh, karena pasokannya berasal dari pabrik Pfizer di Belgia.
Norwegia dan Lithuania sebelumnya mengatakan perusahaan itu mengurangi pasokan di seluruh Eropa.
"Yang kami inginkan adalah agar Pfizer-BioNTech mengembalikan pengiriman mereka ke jadwal yang disepakati," kata menteri kesehatan Lithuania Arunas Dulkys.
Presiden Komisi Eropa Ursula von der Leyen mengatakan Pfizer telah meyakinkannya bahwa pengiriman yang direncanakan ke UE pada kuartal pertama tidak akan ditunda.
Pfizer, yang mencoba memberikan jutaan dosis dengan kecepatan sangat tinggi untuk menekan pandemi yang telah menewaskan hampir 2 juta orang, mengatakan perubahannya akan memberikan peningkatan produksi yang signifikan pada akhir Februari dan Maret.
Baik perusahaan maupun UE tidak menunjukkan berapa banyak dosis yang diharapkan pada kuartal pertama.
Sumber kedua Uni Eropa mengatakan bahwa dalam pertemuan internal Uni Eropa lainnya dengan para diplomat pada Rabu lalu, seorang pejabat Komisi Uni Eropa mengatakan pengiriman akan dibatasi setidaknya hingga Maret, dengan produksi yang akan ditingkatkan hanya pada September.
Pfizer dan BioNTech memiliki kontrak dengan UE untuk memasok hingga 600 juta dosis tahun ini. Mereka telah setuju untuk melepaskan 75 juta suntikan di kuartal kedua dan lebih banyak lagi di akhir tahun.
UE juga telah menyetujui vaksin yang dikembangkan oleh perusahaan biotek AS Moderna yang mulai dikirimkan minggu ini.
Moderna telah berkomitmen untuk memberikan 10 juta dosis pada akhir Maret dan 35 juta masing-masing pada kuartal kedua dan ketiga. Sebanyak 80 juta dosis lainnya juga akan diberikan tahun ini tetapi belum ada jadwal yang jelas.
Pfizer dan Moderna belum menerbitkan kalender rinci pengiriman untuk masing-masing dari 27 negara UE, yang diharapkan menerima sebagian vaksin untuk 450 juta populasi UE.
"Pada tahap ini kami hanya dapat mengonfirmasi bahwa dosis akan didistribusikan secara proporsional antara negara-negara UE," kata Moderna.
Namun pengiriman tampaknya tidak berjalan merata. Situs web Kementerian Kesehatan Jerman mengatakan negara dengan populasi 83 juta itu akan menerima hampir 4 juta dosis Pfizer pada akhir Januari.
Sementara itu Romania, dengan populasi empat kali lebih kecil, mengatakan hanya akan menerima 600.000 dosis dalam periode yang sama. Bulgaria, dengan kurang dari sepersepuluh populasi Jerman, hanya akan menerima sekitar 60.000 tembakan Pfizer pada Januari.
Seorang juru bicara Komisi Uni Eropa mengatakan jadwal nasional sebagian bergantung pada kontrak yang ditandatangani oleh masing-masing negara. Tidak jelas apakah semua pemerintah UE memerintahkan alokasi penuh vaksin mereka, karena informasi ini bersifat rahasia.
UE telah mendapatkan hampir 2,3 miliar dosis vaksin Covid-19 dan kandidat dari enam perusahaan, tetapi sebagian besar belum disetujui. Keputusan tentang vaksin AstraZeneca dan Johnson & Johnson diharapkan masing-masing pada akhir Januari dan Februari.