Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kecemasan Soal Keamanan Muncul Jelang Pelantikan Joe Biden

Sejumlah pihak khawatir akan terjadi masalah keamanan saat Joe Biden dilantik menjadi Presiden Amerika Serikat 20 Januari mendatang.
Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden membahas UU Perlindungan kesehatan Affordable Care Act (Obamacare) dalam jumpa pers di Wilmington, Delaware, AS, 10 November 2020./Antara-Reutersrn
Presiden terpilih Amerika Serikat Joe Biden membahas UU Perlindungan kesehatan Affordable Care Act (Obamacare) dalam jumpa pers di Wilmington, Delaware, AS, 10 November 2020./Antara-Reutersrn

Bisnis.com, JAKARTA - Tewasnya lima orang dalam tragedi gedung Capitol, Washington, menjadi perhatian sejumlah ahli yang khawatir terhadap pelantikan Presiden AS Joe Biden 20 Januari mendatang.

"Obrolan dari supremasi kulit putih ini, dari ekstremis sayap kanan ini - mereka merasa berani saat ini. Kami yakin sekali kekerasan ini bakal lebih buruk sebelum bisa ditangani," kata Jonathan Greenblatt, CEO Liga Anti-Pencemaran Nama Baik seperti dikutip dari CNN International, Sabtu (9/1/2021).

Kerusuhan pada (6/1/2021) meletus sebagai protes untuk menghalangi Kongres mengesahkan hasil kemenangan Biden. Hal ini memperlihatkan kehilangan kendali Trump, pendukungnya, dan pemimpin Republik.

Seorang peneliti senior di University of Toronto yang banyak melakukan mengawasi keamanan siber, John Scott-Railton mengatakan dia sangat prihatin terkait dengan pelantikan Biden.

"Sementara publik terkejut dengan apa yang terjadi di Capitol, di sudut-sudut tertentu dari jenis percakapan sayap kanan... dipandang sebagai sebuah kesuksesan," katanya.

Advance Democracy, Inc., pemerhati pemerintah non partisan mendapati ada 1.480 unggahan dari akun yang berhubungan dengan QAnon (teori konspirasi ekstrimis sayap kanan) mereferensikan kekerasan yang terjadi. Sejumlah unggahan mereferensikan peperangan, termasuk pernyataan “perang dimulai hari ini.”

Sementara itu, Bloomberg melaporkan bahwa setiap langkah Presiden Donald Trump di hari-hari terakhirnya di kantor dapat menjadi bumerang, kata para ahli hukum, sebuah tantangan untuk mengajukan tuntutan pidana terhadap Trump.

Trump dinilai menghasut pengepungan Capitol AS yang mengakibatkan lima kematian dan mengirim anggota Kongres berebut untuk keselamatan.

Namun, meskipun presiden memiliki otoritas yang luas untuk memberikan grasi kepada orang lain, pengampunan diri akan menjadi pernyataan baru tentang kekuasaan eksekutif yang mungkin diinginkan oleh Partai Demokrat dan Republikan dari Mahkamah Agung.

"Kejadian ini bakal menempatkan dirinya sebagai bebek duduk untuk dituntut," kata Nick Akerman, mantan jaksa skandal Watergate. “Ini menghilangkan gagasan bahwa Anda mengejar seseorang hanya karena mereka adalah lawan politik dalam pemerintahan sebelumnya.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper