Bisnis.com, JAKARTA - Sejumlah praktisi hukum meminta agar Presiden Amerika Serikat Donald Trump diinvestigasi terkait dengan upaya mengubah jumlah suara secara ilegal di Georgia yang terungkap lewat percakapan telepon baru-baru ini.
Dilansir dari CNN, Selasa (5/1/2021), sejumlah pakar hukum menyerukan penyelidikan untuk membuktikan Presiden Trump telah melanggar UU penipuan pemilu dengan menekan Sekretaris Negara Bagian Georgia Brad Raffensperger.
Seperti diberitakan sebelumnya, rekaman suara percakapan telepon antara Trump dengan Raffensperger pada Sabtu terungkap. Trump menekan Raffensperger untuk 'mencari' 11.870 suara untuk memenangkan pemungutan suara di negara bagian tersebut.
Pejabat Georgia mengatakan telah melaporkan kejadian tersebut kepada FBI.
"Baik undang-undang federal maupun undang-undang negara bagian Georgia, jika seseorang terlibat dalam upaya untuk meminta atau melakukan penipuan pemilu, dan Anda secara sadar melakukannya, itu berpotensi menjadi kejahatan federal atau negara bagian," kata Preet Bharara, mantan pengacara AS di Manhattan seperti dikutip dari CNN International.
Mantan jaksa federal Elie Honig mengatakan dirinya tengah mendesak adanya investigasi kepada Trump.
Pakar hukum pemilu terkemuka Rick Hasen juga menuliskan bahwa Trump harus dituntut atau setidaknya diselidiki. Menurutnya, jaksa penuntut perlu membuktikan apa yang dia maksud dalam panggilan itu.
Sementara itu, seorang anggota pemerintahan Georgia mengungkapkan kepada Fox News bahwa Trump telah mencoba menelpon Raffensperger sebanyak 18 kali sebelum percakapan terjadi pada Sabtu.
Berdasarkan rekaman yang didapat oleh The Washington Post Trump mengatakan "Semua yang ingin aku lakukan adalah ini. Aku hanya ingin menemukan 11.780 suara yang lebih dari yang kita punya. Karena kita memenangkan [Georgia],” kataya.
Hasil pemilihan umum Georgia menunjukkan bahwa lawan Trump dari Partai Demokrat, Joe Biden, memenangkan pemilihan negara bagian itu pada 3 November dengan 11.779 suara.