Bisnis.com, JAKARTA - Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional Bambang Brodjonegoro, menilai varian baru virus Corona yang menyebar di sejumlah negara memiliki sejumlah potensi implikasi untuk Indonesia.
Bambang mengatakan jika menyebar di Indonesia dan benar bahwa varian baru tersebut lebih transmissible, maka kehadirannya dapat memperburuk kondisi penanganan Covid-19 di Tanah Air.
"Apalagi, sudah banyak rumah sakit yang dikabarkan melebihi kapasitas. Hari ini saja, dilaporkan positivity rate lebih dari 25 persen dengan kemungkinan masih banyak kasus tidak terdeteksi," ujar Bambang dalam dalam acara yang diselenggarakan Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) secara virtual, Kamis (24/12/2020).
Namun demikian, sejauh ini belum ada bukti bahwa varian baru tersebut sudah menyebar di Indonesia, karena tidak ada genomic surveillance serupa di Tanah Air.
Adapun, dua negara tetangga sudah mengonfirmasi kasus positif Covid-19 dari jenis varian baru virus Corona. Australia mengumumkan 2 kasus yang terkait dengan varian baru tersebut.
Selain Australia, Singapura mengonfirmasi kasus pertama dengan varian baru dan telah dilaporkan di Global Initiation on Sharing All Influenza Data (GISAID).
Baca Juga
Sejauh ini, data sementara belum menunjukkan adanya peningkatan keparahan penyakit. "Namun bukan berarti tidak demikian. Perlu informasi lagi," kata Bambang.
Dikutip dari Tempo, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dalam sebuah laporannya, Senin, mengkonfirmasi bahwa varian virus Corona baru yang lebih dapat menular telah ditemukan di Inggris.
Analisis awal menunjukkan bahwa varian baru itu, yang pertama kali dilaporkan oleh Inggris Raya, lebih dapat menular daripada virus yang beredar sebelumnya, dengan perkiraan peningkatan antara 40 persen dan 70 persen dalam hal penularan, kata WHO dalam rilisnya.
Sebanyak 1.108 kasus yang terinfeksi varian baru telah terdeteksi di Inggris pada 13 Desember 2020.
Varian tersebut ditemukan sebagai bagian dari penyelidikan epidemiologis dan virologi yang dimulai awal Desember, ketika South East England melihat peningkatan kasus Covid-19 yang tidak terduga.
Dari 5 Oktober hingga 13 Desember, lebih dari 50 persen kasus virus Corona di Inggris Tenggara diidentifikasi sebagai strain varian.
Analisis retrospektif melacak varian pertama yang diidentifikasi ke Kent, South East England, pada 20 September, dan sebagian besar kasus Covid-19 dari siapa varian ini diidentifikasi adalah orang di bawah usia 60 tahun, kata WHO.
WHO menyarankan untuk melakukan studi epidemiologi dan virologi lebih lanjut untuk memahami perubahan varian dalam infektivitas dan patogenisitas.
WHO juga menyarankan semua negara meningkatkan urutan rutin dan berbagi data urutan, terutama untuk melaporkan apakah varian yang sama ditemukan.
Semua negara harus menilai tingkat penularan lokal mereka dan menerapkan tindakan pencegahan dan pengendalian yang tepat, kata WHO.