Bisnis.com, JAKARTA – Australia membatalkan pemesanan 51 juta dosis vaksin Covid-19 yang tengah dikembangkan oleh perusahaan CSL Ltd. dan University of Queensland setelah proses uji cobanya gagal.
Pemerintah Australia akan mengganti sebagian besar vaksin CSL dengan vaksin lainnya. Australia telah memesan tambahan 20 juta vaksin yang dikembangkan oleh Oxford dan AstraZeneca Plc, dan 11 juta dosis tambahan vaksin Novavax Inc.
Kegagalan pada pengembangan CSL menunjukkan bahwa meskipun Pfizer Inc. dan Moderna Inc. sudah melakukan terobosan kemajuan dalam memproduksi inokulasi, tapi jalan sampai menuju vaksin yang berhasil tetap sulit.
Oleh karena itu, Pemerintah Australia telah berupaya meminimalisir risiko tersebut dengan memesan vaksin dari Pfizer dan BioNTech SE, Novavax, dan AstraZeneca.
Menteri Kesehatan Australia Greg Hunt mengatakan, meskipun tanpa vaksin dari CSL, lebih dari 140 juta dosis vaksin bisa tersedia di Australia. Sementara, Negeri Kangguru itu hanya memiliki penduduk sekitar 26 juta jiwa.
“Ini rasio pembelian dan ketersediaan vaksin tertinggi yang ada di dunia. Jadi posisi kami cukup kuat,” kata Hunt, dilansir Bloomberg, Jumat (11/12/2020).
Di sisi lain, CSL juga mengatakan tak akan melanjutkan proses uji klinis. Pasalnya, disebutkan bahwa komponen kecil dari vaksin yang dikembangkan berasal dari human immunodeficiency virus (HIV), dan menskipun tidak menimbulkan risiko infeksi, beberapa peserta uji coba mendapat tes positif palsu HIV.
Namun, CSL menegaskan bahwa potensi kegagalan tersebut sudah diantisipasi sebelum uji coba dilakukan, dan para partisipan juga sudah diberi peringatan sebelumnya.