Bisnis.com, JAKARTA - Pakar pandemi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Pandu Riono mengkritisi kebijakan cuti bersama yang diambil pemerintah.
Pandu juga meminta pemerintah agar tidak saling menyalahkan terkait kondisi Covid-19 nasional yang semakin memburuk. Menurutnya, kebijakan pemerintah yang sebelumnya mengizinkan adanya cuti bersama menjadi salah satu penyebabnya.
“Kebijakan cuti bersama mendorong mobilitas penduduk yg masif sehingga terjadi peningkatan kasus yg masif. Situasi penanganan pandemi di Indonesia semakin tak jelas, karena tak ada perencanaan secara nasional yg terukur, objektifnya jelas. Tidak perlu saling menyalahkan. @jokowi,” cuitnya melalui akun Twitter pribadinya @drpriono1, Senin (30/11/2020).
Pernyataan tersebut didasarkan pada hasil kajian tim Sinergi Mahadata UI dan tim FKMUI pada periode 1 April-26 November 2020 yang menunjukkan bahwa pergerakan massa karena kebijakan cuti bersama berdampak pda peningkatan kasus positif baru Covid-19 sekitar satu bulan setelahnya.
Dalam data tersebut menampilkan empat cuti bersama yakni cuti Idul Fitri pada 24 Mei 2020, cuti Idul Adha pada 31 Juli 2020, cuti HUT Kemerdekaan, dan cuti pada 28 Oktober 2020.
Kebijakan cuti bersama mendorong mobilitas penduduk yg masif sehingga terjadi peningkatan kasus yg masif. Situasi penanganan pandemi di Indonesia semakin tak jelas, karena tak ada perencanaan secara nasional yg terukur, objektifnya jelas. Tidak perlu saling menyalahkan. @jokowi pic.twitter.com/6EIcBSXwla
— Juru Wabah (@drpriono1) November 30, 2020
Cuti bersama pada 31 Juli 2020 dan 17 Agustus 2020 menimbulkan lonjakan tertinggi kasus baru positif Covid-19 yakni pada akhir September 2020 dan awal Oktober 2020.
Sementara itu, cuti bersama pada 28 Oktober 2020 berdampak pada kenaikan kasus positif pada sekitar pekan ketiga November 2020.
Senada, Juru Bicara Satuan Tugas Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmito juga menyampaikan hal yang sama.
“Dari data yang kami peroleh, terdapat peningkatan kasus positif setelah periode liburan panjang tersebut," ujarnya seperti dikutip dalam siaran pers, Selasa (1/12/2020).
Sementara itu, Presiden Jokowi menyoroti kondisi Covid-19 di Indonesia yang memburuk dalam sepekan terakhir. Dia menyampaikan bahwa angka kasus aktif nasional pada pekan ini menyentuh angka 13,41 persen.
Meskipun rata-rata kasus aktif Indonesia masih di bawah angka kasus aktif dunia, tapi Jokowi mengatakan angka itu memburuk jika dibandingkan pekan sebelumnya.
“Tetapi hati-hati ini lebih tinggi dari rata-rata minggu yang lalu. Minggu yang lalu masih 12,78 [persen] sekarang 13,41,” ujarnya saat membuka Ratas Penanganan Covid-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional, dikutip dari YouTube Sekretariat Presiden, Senin (30/11/2020).
Setali tiga uang, rerata kasus kesembuhan pada pekan ini juga mengalami penurunan jika dibandingkan dengan pekan sebelumnya yakni dari 84,03 persen menjadi 83,44 persen.
"Ini semuanya memburuk semuanya, karena adanya tadi kasus yang memang meningkat lebih banyak di minggu-minggu kemarin," ucap Jokowi.