Bisnis.com, JAKARTA – China bersama sejumlah negara-negara di Asia-Pasifik menandatangani kesepakatan dagang jumbo di tengah konfik geopolitik di antara negara-negara anggotanya.
Berdasarkan keterangan resminya, dilansir CNN, Selasa (17/11/2020), perjanjian Regional Comprehensive Economic Partnership (RCEP) melibatkan 15 negara dengan total populasi mencapai 2,2 miliar atau hampir 30 persen dari populasi dunia.
Tak hanya itu, penggabungan produk domestik bruto (PDB) 15 negara ini bahkan menyentuh US$26 triliun atau 28 persen dari perdagangan dunia pada 2019.
Selain China, kesepakatan ini juga melibatkan sejumlah negara besar di Asia Timur yakni Korea Selatan dan Jepang. Selandia Baru dan Australia juga menjadi anggota RCEP, begitu juga dengan Indonesia dan Vietnam dari Asean.
Pakta dagang ini pertama kali diinisiasi pada 2012 untuk menghadirkan zona perdagangan bebas terbesar di dunia.
Semua negara di Asean juga setuju untuk memangkas tarif dan kuota hingga 65 persen terhadap barang yang diperdagangkan di kawasan ini.
Baca Juga
Para anggota RCEP juga meyakini kehadiran RCEP krusial untuk memulihkan perekonomian dari dampak pandemi Covid-19.
“Nilai simbolisnya selalu melampui nilai sebenarnya,” kata pengamat perdagangan Center for Strategic and International Studies, William Reinsch.
Sayangnya, dia menilai keluarnya India dalam pakta dagang ini justru membuat RCEP kehilangan daya tarik lebih besar.
Reinsch mengatakan meski kesepakatan ini mungkin memiliki konsekuensi dalam jangka panjang, keterlibatan China dalam RCEP bisa dikatakan menunjukkan keinginan China untuk memainkan peran konstruktif di tengah aksi agresifnya terhadap Laut China Selatan dan Hong Kong.
China dan Australia juga tengah bergulat dengan sengketa dagang belakangan ini, tetapi hal tersebut tidak membuat mereka mundur dari pakta dagang ini.
“Kedua negara melihat adanya dampak positif dari integrasi ekonomi lebih dalam dengan negara-negara Asia lainnya. RCEP mungkin bisa mempersempit perbedaan mereka,” kata analis Program Asia Tenggara CSIS, Murray Hiebert.
Pengamat dari HSBC misalnya, mengungkapkan bahwa pakta dagang ini merupakan bukti dari kekuatan Asia. Menurutnya, Asia terus meringsek agresif dengan liberalisasi perdagangan meski kawasan lainnya spektis terhadap hal itu.
“Ini [RCEP] akan membalikkan tren yang sudah ada selama bertahun-tahun, bahwa pusat ekonomi global terus bergerak ke timur,” tulis HSBC dalam risetnya.