Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaris 250 Ribu Pengungsi Ethiopia Banjiri Sudan

Badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan kemarin, bahwa lebih dari 20.000 orang telah menyeberang ke Sudan dari wilayah utara Tigray, Ethiopia.
Ilustrasi - Polisi memandu seorang pengungsi saat tiba di pelabuhan di Turki./REUTERS
Ilustrasi - Polisi memandu seorang pengungsi saat tiba di pelabuhan di Turki./REUTERS

Bisnis.com, JAKARTA - Ribuan pengungsi Ethiopia terus berdatangan ke Sudan untuk melarikan diri dari konflik yang semakin parah dan meluas ke perbatasan Ethiopia sehingga mengancam wilayah Afrika secara lebih luas.

Badan pengungsi Perserikatan Bangsa-Bangsa menyatakan kemarin, bahwa lebih dari 20.000 orang telah menyeberang ke Sudan dari wilayah utara Tigray, Ethiopia.

Di wilahah itu pasukan pemerintah federal memerangi pasukan yang setia kepada Front Pembebasan Rakyat Tigray (TPLF), partai pemerintah daerah.

Media pemerintah Sudan menyebut jumlah pengungsi hampir 25.000 orang seperti dikutip Aljazeera.com, Senin (16/11/2020).

Kejadian itu berlangsung setelah pemimpin TPLF mengatakan bahwa pasukannya melepaskan tembakan roket ke ibu kota tetangga Eritrea, Asmara, Sabtu (14/11/2020) malam. P

Pembangkang Debretson Gebremichael juga mengklaim bahwa 16 divisi militer Eritrea bertempur bersama pasukan pemerintah Ethiopia melawan pasukan TPLF. Namun, pernyataan itu dibantah oleh pemerintah di Addis Ababa dan Asmara.

“Mereka yang menyerang Tigray tidak akan pulang begitu saja. Kami akan membalas saat mereka di sini dan menyerang bandara tempat mereka melancarkan serangan,” kata Debretsion.

Dia menambahkan, bahwa tidak ada tempat yang tidak dapat dijangkau dan pihaknya akan terus menyerang target terpilih yang digunakan pasukan penyerang untuk melawan mereka.

Meskipun tidak mungkin untuk menentukan apakah roket yang ditembakkan ke Asmara telah menimbulkan korban, namun serangan itu menandai peningkatan eskalasi perang hampir dua minggu yang telah menewaskan ratusan orang.

“Kasus ini membawa konflik ke tingkat yang baru,” kata Mohammed Adow dari Al Jazeera yang melaporkan dari kota Gondar di Ethiopia.

Pemerintah Ethiopia dan Eritrea setuju untuk mengakhiri permusuhan selama beberapa dekade, sebuah kesepakatan yang membuat Perdana Menteri Ethiopia Abiy Ahmed memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian 2019.

Namun, ada permusuhan yang mendalam antara pemerintah Presiden Eritrea, Isaias Afwerki dan TPLF yang semakin keras akibat konflik perbatasan Ethiopia-Eritrea yang menghancurkan pada tahun 1998-2000. Konflik itu menewaskan sekitar 70.000 orang.

"Presiden Isaias melihat Tigrayans sebagai musuh bebuyutannya di dunia dan bertekad untuk melepaskan diri dari mereka," kata pengamat politik Martin Plaut kepada Al Jazeera.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Editor : Nancy Junita
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper