Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ini Penjelasan Mengapa Produksi Vaksin Covid-19 Berlangsung Cepat

Pada keadaan rutin, fase per fase pembuatan vaksi memakan waktu lebih lama, bisa bertahun-tahun dan bahkan bisa baru selesai sampai 10 tahun.
Ilustrasi-Seorang pekerja melakukan pemeriksaan kualitas di fasilitas pengemasan produsen vaksin China, Sinovac Biotech, yang mengembangkan vaksin untuk mengatasi Covid-19./Antara-Reuters
Ilustrasi-Seorang pekerja melakukan pemeriksaan kualitas di fasilitas pengemasan produsen vaksin China, Sinovac Biotech, yang mengembangkan vaksin untuk mengatasi Covid-19./Antara-Reuters

Bisnis.com, JAKARTA – Teknologi yang digunakan untuk pembuatan vaksin pada keadaan rutin dan pada saat pandemi berbeda.

Pada keadaan rutin, fase per fase memakan waktu lebih lama, bisa bertahun-tahun dan bahkan bisa baru selesai sampai 10 tahun.

“Sedangkan pada masa pandemi, karena tujuannya beda, untuk segera menurunkan kematian, untuk itu kita perlu vaksin yang cepat. Adapun, penelitian beberapa vaksin punya platform yang berbeda-beda,” ujar Ketua Indonesian Technical Advisory Group of Immunization, ITAGI, Sri Rezeki S. Hadinegoro.

Platform milik Sinovac, misalnya, menggunakan virus mati. Bio Farma yang bekerja sama dengan Sinovac dalam pengembangan vaksin Covid-19 ini, sudah punya teknologi untuk menelitinya, sehingga tidak sulit untuk membuat vaksin baru.

“Kalau sudah punya teknologinya fase 1 dan 2 sudah bisa dipendekkan. Setelah itu tinggal fase 3-nya yang harus kita lihat pemantauannya setelah dapat suntikannya. Pemantauan ini bisa beberapa lama karena harus menilai juga tambahan jumlah kasus, berapa banyak orang yang sakit,” jelasnya.

Kalau pantauannya terlalu pendek, kata Sri, penelitian tidak akan maksimal. Tapi dalam hal butuh cepat karena pandemi, peneliti harus memaksimalkan teknologi yang ada untuk mencegah penyebaran virus makin luas dan menjaga kasus tetap landai.

“Dalam kondisi darurat kita menggunakan teknologi yang darurat juga, makanya nanti perlu adanya emergency use authority [EUA],” kata Sri.

Terkait masih ada 30 persen masyarakat yang tidak mau divaksin dan tidak percaya dengan vaksin. Menurutnya, hal itu biasa.

“Mereka yang masih ragu atau menolak karena mereka belum mengerti dengan baik. Saya mempelajari vaksin aja 20 tahun lebih, apalagi awam. Yang menakutkan itu disuntik, ada efek samping, belum tentu halal, itu yang dikhawatirkan. Makanya itu yang harus diteliti,” jelasnya.

Sri mengharapkan kalangan media dan tokoh masyarakat bisa ikut membantu memberikan edukasi kepada masyarakat. 

"Apalagi di tengah banyaknya kabar simpang siur yang beredar," ujarnya.

Terkait pencegahan penularan Covid-19, selain menunggu vaksin, masyarakat juga diimbau melakukan adaptasi kebiasaan baru.

Salah satunya dengan disiplin menjalankan langkah 3M, yakni memakai masker, menjaga jarak, dan rajin mencuci tangan menggunakan air mengalir dan sabun.

#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitangandengansabun  


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Mutiara Nabila
Editor : Saeno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper