Bisnis.com, JAKARTA - People's Bank of China (PBOC) sekali lagi mempertimbangkan untuk menarik stimulus seiring pemulihan ekonomi yang telah dilalui. Hal itu tentu saja kontras dengan yang terjadi di Amerika Serikat dan Eropa di mana stimulus masih terus dibutuhkan untuk menopang ekonomi yang belum pulih dari pandemi.
Gubernur PBOC Liu Guoqiang mengatakan pembuat kebijakan global sedang membahas waktu penarikan stimulus dan konsensusnya adalah bahwa itu harus dilakukan lebih cepat.
"Keluar [dari masa pengerahan stimulus] itu masalah waktu dan itu juga perlu, tetapi waktu dan metode keluar perlu dievaluasi dengan hati-hati, terutama berdasarkan status pemulihan ekonomi," katanya, dilansir Bloomberg, Jumat (6/11/2020).
Ekonomi China telah menutup semua kerugian yang dialami di paruh pertama, dengan pemulihan pertama-tama didorong oleh ekspor dan output industri, kemudian menguat seiring dengan peningkatan konsumsi. Itu adalah hal positif yang langka untuk ekonomi global yang masih berusaha keluar dari kemerosotan terburuknya sejak Depresi Hebat, dan yang kini diperumit oleh kebangkitan kembali kasus Covid-19 di Eropa dan AS.
"Kami telah melakukan beberapa penelitian baru-baru ini, dan kami dapat melihat dari tren bahwa ekonomi negara kami relatif kuat, kebijakan mulai berpengaruh, dan kepercayaan pasar mulai pulih," kata Liu.
Namun menurutnya penyesuaian kebijakan tidak boleh terburu-buru. Liu tidak memberikan perincian tentang waktu penarikan stimulus, sambil menekankan bahwa langkah-langkah kebijakan akan disesuaikan berdasarkan perubahan kondisi dan permintaan pasar. Dia mengatakan dukungan akan lebih ditingkatkan di daerah-daerah yang membutuhkan bantuan jangka panjang.
Baca Juga
PBOC telah mengambil pendekatan terukur untuk pelonggaran moneter tahun ini, menurunkan suku bunga, menyuntikkan likuiditas dan memberikan penangguhan pembayaran pinjaman bisnis. Gubernur Yi Gang sebelumnya mengatakan kepada pasar untuk mulai memikirkan jalan keluar dari kebijakan keuangan yang lebih longgar.
Secara terpisah, bank sentral juga merilis Laporan Stabilitas Keuangan yang menyoroti risiko keuangan yang bersumber dari meningkatnya utang.
Selain pandemi, risiko gagal bayar beberapa perusahaan telah meningkat, yang dapat ditularkan ke sistem keuangan. Bank sentral mengatakan akan berusaha untuk mengelola risiko tersebut, menyelesaikan kesenjangan dalam regulasi dan mencegah ancaman keuangan sistemik.