Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Hubungan Turki dan Prancis Kian Panas, Erdogan Serukan Boikot Produk

Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan warga negaranya untuk memboikot produk Prancis di tengah meningkatnya perselisihan mengenai dukungan Paris untuk warganya yang dinilai melecehkan Nabi Muhammad.
Samuel Paty, seorang guru di Prancis yang kepalanya dipenggal akibat menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya./Istimewa
Samuel Paty, seorang guru di Prancis yang kepalanya dipenggal akibat menunjukkan kartun Nabi Muhammad kepada murid-muridnya./Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan menyerukan warga negaranya untuk memboikot produk Prancis di tengah meningkatnya perselisihan mengenai dukungan Paris untuk warganya yang dinilai melecehkan Nabi Muhammad.

Pernyataan itu muncul sehari setelah Presiden Prancis, Emmanuel Macron dimintanya untuk menjalani pemeriksaan kesehatan mental setelah karena mengumumkan rencana "untuk mereformasi Islam" agar lebih sesuai dengan nilai-nilai republik Prancis.

Mendeskripsikan Islam sebagai agama "dalam krisis" di seluruh dunia, Macron pada awal Oktober mengumumkan langkah-langkah untuk memerangi "radikalisasi" di antara populasi Muslim Prancis yang diperkirakan berjumlah enam juta orang.

Ketegangan di Prancis semakin meningkat setelah pembunuhan Samuel Paty, seorang guru sekolah menengah yang menunjukkan gambar Nabi Muhammad kepada murid-muridnya dalam diskusi tentang kebebasan berbicara.

Kedua pemimpin itu juga berselisih dalam beberapa bulan terakhir atas masalah-masalah mulai dari konflik di Libya hingga eksplorasi minyak di Mediterania timur.

“Saya memohon kepada warga saya. Jangan pernah memperhatikan merek Prancis. Jangan membelinya," kata Erdogan di sebuah acara di ibu kota Turki, Ankara seperti dikutip Aljazeera.com, Selasa (27/10/2020).

Pengumumannya didahului beberapa hari sebelumnya dengan seruan boikot produk Prancis di Timur Tengah dan dunia Muslim yang lebih luas sebagai protes atas Macron yang berjanji Prancis tidak akan mengubah sikapnya.

“Apa masalah yang dimiliki orang bernama Macron ini dengan Islam dan Muslim? Macron membutuhkan perawatan mental, ”kata Erdogan pada pertemuan Partai Keadilan dan Pembangunan yang berkuasa akhir pekan lalu.

Macron telah berusaha untuk membela reformasi yang direncanakan dengan mengatakan semua komunitas harus hidup di bawah hukum yang tidak bertentangan dengan nilai-nilai sekuler Prancis.

Pihak berwenang telah memerintahkan penutupan sebuah masjid di pinggiran kota Paris dan melancarkan beberapa penggerebekan terhadap kelompok-kelompok yang dituduh berkontribusi pada radikalisasi pemuda.

Di Azerbaijan dan Libya, Macron telah mempermasalahkan dukungan Erdogan terhadap kubu saingan dan menyebut dukungan itu "sembrono dan berbahaya".


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Sutarno
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper