Bisnis.com, JAKARTA – Basuki Tjahaja Purnama (BTP) ditanyai soal kemungkinan dirinya menjadi Presiden Republik Indonesia.
Menurutnya, kalau berada di posisi tersebut, dia bisa dengan mudah mengatasi para pelaku kejahatan kemanusiaan.
“Jadi Presiden gampang, kita tinggal proses supaya rakyat tahu siapa yang perbuat, dari mana sampai kejadian seperti itu. Setelah itu sebagai kepala negara berhak memberikan pengampunan,” ujarnya di video bersama Butet Kertaradjasa beberapa hari lalu.
Menurutnya, hal itu merupakan bentuk rekonsiliasi bangsa, bukan berarti menutupi kejahatan.
“Tapi, kejahatan apapun harus tercatat, sehingga rakyat generasi kita akan belajar apa kesalahan yang sudah dilakukan penguasa terlebih dahulu,” imbuhnya.
Kemudian, saat ditanyai apakah mungkin pria yang kerap disapa Ahok itu untuk jadi presiden, Ahok justru berkelakar.
“Saya bisa jadi presiden, presiden direktur,” kata dia.
Menurutnya, sulit baginya untuk bisa mendapatkan posisi tersebut, karena ada narasi yang hilang dalam bangsa Indonesia, yaitu tentang siapa bangsa Indonesia.
“Jadi tiba-tiba seolah-olah saya bukan orang Indonesia asli. Makanya, saya bilang ada narasi yang hilang. Andaikan bangsa Indonesia jadi sadar, bahwa kita ini manusia yang harus lebih berguna untuk orang lain, bukan masalah keyakinan apa, karena kalau bicara keyakinan kan susah siapa yang pling bener,” jelasnya.
Lebih lanjut, Ahok mengatakan kalau memilih seorang pemimpin berdasarkan keimanan, menurutnya hal itu tidak penting selama tidak tercermin dari perbuatannya.
“Kalau memang beriman, saya mau lihat perbuatan kamu, menunjukkan iman kamu enggak. Saya enggak perlu menunjukkan iman saya, saya akan tunjukkan lewat perbuatan saya. Anda akan tahu iman saya,” terangnya.
Butet melanjutkan, memang sulit buat Ahok jadi RI-1.
“Kamu tuh salahnya dua Pak Ahok, udah China, Kristen lagi.”
