Bisnis.com, JAKARTA - Ekonomi Singapura masih mengalami kontraksi pada kuartal ketiga kali ini, meskipun lebih baik dari kuartal sebelumnya, menyusul pembukaan kembali ekonomi secara bertahap
Ekonomi Negeri Singa tercatat tumbuh minus 7 persen pada kuartal ketiga dari periode yang sama tahun lalu. Kontraksi ini lebih baik dari perkiraan ekonomi yang mencapai 7,6 persen, seperti yang disurvei oleh Otoritas Moneter Singapura (MAS) bulan lalu. Angka ini juga merupakan peningkatan dari kontraksi 13,3 persen pada kuartal kedua.
Secara kuartalan atau kuartal-ke-kuartal (qtq), ekonomi Singapura tumbuh 7,9 persen pada kuartal ketiga, atau rebound dari kontraksi 13,2 persen pada kuartal sebelumnya.
Dikutip dari Channel News Asia, sektor manufaktur tumbuh 2 persen year on year (yoy) di kuartal ketiga, dari posisi kontraksi 0,8 persen di kuartal sebelumnya.
Kementerian Perdagangan dan Industri mengatakan pertumbuhan ini didukung oleh ekspansi output produksi di kluster elektronik dan teknik presisi, yang ditopang oleh permintaan global yang kuat untuk peralatan manufaktur dan semikonduktor.
Sektor manufaktur sendiri tumbuh sebesar 3,9 persen (qtq), perubahan haluan dari kontraksi 9,1 persen di kuartal kedua.
Baca Juga
Sektor konstruksi menyusut pada laju yang lebih lambat 44,7 persen pada skala tahun ke tahun di kuartal ketiga, setelah penurunan 59,9 persen di kuartal sebelumnya.
Sementara itu, output konstruksi pada kuartal ketiga masih lemah karena lambatnya dimulainya kembali aktivitas konstruksi karena kebutuhan perusahaan konstruksi untuk menerapkan langkah-langkah manajemen yang aman Covid-19.
Adapun, sektor konstruksi tumbuh sebesar 38,7 persen (qtq), rebound dari kontraksi tajam 59,4 persen pada kuartal kedua ketika sebagian besar aktivitas konstruksi harus dihentikan karena Covid-19 dan pembatasan pergerakan di asrama pekerja asing.
Dalam sektor jasa, penerbangan dan sektor terkait pariwisata seperti transportasi udara dan akomodasi terus mengalami kontraksi yang signifikan, karena pembatasan perjalanan global dan permintaan perjalanan yang lamban membuat perjalanan udara dan kedatangan pengunjung hampir terhenti.
Industri jasa mengalami kontraksi sebesar 8 persen (yoy) di kuartal ketiga, memperpanjang penurunan 13,6 persen di kuartal sebelumnya.