Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Ngabalin Sebut Demonstran Sampah Demokrasi, Tifatul Sembiring: Baca Lagi UUD

Tifatul Sembiring mengomentari ungkapan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ngabalin itu melalu unggahannya di akun resmi Twitter.
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring (Paling kiri)/Istimewa
Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring (Paling kiri)/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA - Politisi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Tifatul Sembiring mengomentari ucapan Tenaga Ahli Utama Kantor Staf Presiden Ngabalin yang menyebut demonstran sebagai sampah demokrasi.

Dia mengatakan bahwa pendemo bukan sampah. Para demonstran sebutnya sekadar menggunakan hak demokrasi yang dijamin Undang-Undang Dasar. Dia bahkan meminta Ngabalin untuk membaca UUD 1945.

“Pendemo itu bukan sampak demokrasi, mas Ali. Tapi mereka menggunakan hak demokrasi yang dijamin UUD. Tiap warga negara punya hak bicara, hak kerja dan hidup yang layak. Anda baca UUD NRI tahun 1945 lagi deh #KacangLupaKulit,” tulisnya di akun Twitter, Rabu (14/10/2020).

Komentar tersebut setidaknya telah diretweet oleh 760 pengguna Twitter dan disukai oleh 2.000 orang.

Adapun Ngabalin melalui sambungan telfon video kepada CNNIndonesia mengkritik para demonstran yang menggelar aksi pada masa pandemi.

“Di mana logikanya coba. Jangan jadi sampah demokrasi di negeri ini,” katanya.

Sementara itu, ribuan masyarakat menggelar unjuk rasa menolak pengesahan RUU Cipta Kerja. Beberapa kelompok yang tergabung dalam aksi kemarin adalah Aliansi Nasional Anti Komunis (ANAK) NKRI seperti FPI, PA 212 hingga Gerakan Nasional Pengawat Fatwa (GNPF) Ulama.

Aksi kemarin sejatinya berjalan tertib sejak dimulai pukul 13.00. Massa menyampaikan orasi di kawasan Patung Kuda Arjuna Wiwaha, Jakarta Pusat hingga pukul 15.30 WIB. Setelah itu massa membubarkan diri.

Di tengah pembubaran tersebut, ratusan masyarakat berusia pelajar bermunculan dari tengah massa. Mereka mulai melempar sejumlah benda ke arah polisi.

Tak lama kemudian, polisi bergerak untuk mengusir massa dengan gas air mata. Pasukan huru hara juga dikerahkan pada proses ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel


Penulis : Rayful Mudassir
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper