Bisnis.com, JAKARTA - Pemerintah Australia sedang meminta klarifikasi dari Beijing atas laporan bahwa China telah menangguhkan impor batubara di tengah meningkatnya ketegangan diplomatik antara kedua negara.
Menurut sumber yang dekat dengan masalah ini, pembangkit listrik dan pabrik baja China secara lisan telah diperintahkan untuk berhenti menggunakan batu bara Australia.
Pelabuhan juga telah diberitahu untuk tidak membongkar muatan batubara Australia. Tidak jelas kapan larangan impor terbaru akan berakhir atau bagaimana hal itu dapat memengaruhi kontrak jangka panjang yang sudah ada.
"Kami sedang melakukan pendekatan kepada otoritas China sehubungan dengan spekulasi itu," Menteri Perdagangan Simon Birmingham, dilansir Bloomberg, Selasa (13/10/2020).
Dia melanjutkan Pemerintah Australia cukup serius menanggapi laporan itu untuk memastikan Beijing menghormati perjanjian perdagangan bebas China-Australia dan kepatuhan pada aturan Organisasi Perdagangan Dunia atau WTO.
Larangan itu akan menandai peningkatan ketegangan yang telah mengguncang ekspor pertanian dari pemasok komoditas terbesar China. Beijing telah menolak serangkaian langkah diplomatik oleh Canberra yang dipandang mendukung Amerika Serikar dalam sengketa perdagangan dan keamanannya dengan China.
Baca Juga
Perdana Menteri Scott Morrison pada April meminta penyelidik independen diizinkan masuk ke kota Wuhan di China untuk meneliti asal-usul virus Corona.
China adalah konsumen utama batubara metalurgi Australia, menyumbang hampir seperempat ekspor. Pendapatan ekspor dari bahan pembuatan baja diperkirakan turun menjadi 23 miliar dolar Australia (US$16,6 miliar) dalam 12 bulan hingga 30 Juni dari 35 miliar dolar Australia pada tahun sebelumnya karena harga yang lebih rendah dan permintaan yang lebih lemah.
China juga menjadi tujuan nomor dua untuk ekspor batubara termal Australia setelah Jepang. Pendapatan ekspor tahunan di pasar tersebut diproyeksikan turun menjadi 15 miliar dolar Australia dari 20 miliar dolar Australia pada tahun fiskal 2019.
Impor bahan bakar fosil telah menjadi target kemarahan China menanggapi sikap bermusuhan Canberra. Tahun lalu pengiriman sempat mengalami penundaan di pelabuhan.
Batubara termal adalah salah satu dari sedikit sumber daya yang sebagian besar merupakan sumber swasembada China. Lain halnya dengan batubara kokas berkualitas tinggi. China memproduksi lebih sedikit dan raksasa pembuat baja negara itu masih bergantung pada pemasok luar negeri seperti Australia, yang biasanya menyumbang lebih dari setengah impor.
"China semakin bergantung pada batu bara kokas berkualitas tinggi untuk industri bajanya, untuk memaksimalkan efisiensi dan juga mengurangi emisi," kata Gavin Wendt, analis sumber daya senior di konsultan MineLife.
Dia melanjutkan, Australia memasok batu bara kokas dengan kualitas terbaik dan merupakan pemasok yang dapat diandalkan dengan biaya rendah.
"Kedua belah pihak sangat bergantung satu sama lain, jadi menurut saya ada lebih banyak hal yang tidak menyenangkan dalam situasi ini," katanya.
Harga batubara termal patokan Newcastle turun terbesar dalam hampir empat tahun kemarin karena laporan larangan tersebut menyebar ke seluruh pasar. Harga batu bara kokas Australia juga turun lebih dari 5 persen, terbesar sejak Mei. Beberapa produsen batubara utama Australia juga terpukul, saham di Whitehaven Coal Ltd. dan New Hope Corp. turun lebih dari 6 persen hari ini.
"Perdagangan dengan China berubah sepanjang tahun berdasarkan berbagai faktor, termasuk kuota. Australia akan terus melihat permintaan untuk batubara berkualitas tinggi dan prospek jangka menengah tetap positif," kata Tania Constable, kepala eksekutif grup industri Minerals Council of Australia.
China terus mencengkeram impor batu bara karena berupaya menyeimbangkan kebutuhan penambang dan pengguna industrinya. Di sisi lain, pemerintah Australia telah mengantisipasi perlambatan pengiriman, mengingat volume impor yang kuat yang diambil China pada paruh pertama tahun ini.
"Volume impor batu bara metalurgi China pada paruh kedua 2020 dapat dibatasi oleh proses bea cukai yang lebih lambat," kata Departemen Perindustrian, Sains, Energi dan Sumber Daya, dalam laporan kuartalan pada bulan September.
China juga merupakan pembeli utama ekspor bijih besi Australia yang paling menguntungkan, meskipun pembatasan pada produk tersebut akan menjadi pukulan berat bagi industri baja yang mengandalkan pasokan besar dari pertambangan kelas berat seperti Rio Tinto Group dan BHP Group.