Bisnis.com, JAKARTA – Tempat usaha menjadi salah satu klaster Covid-19 yang banyak dijumpai di Indonesia. Untuk mencegah terbentuknya klaster tersebut, ada beberapa upaya yang dilakukan pemilik usaha makanan dan minuman.
Founder PT Bonli Cipta Sejahtera Jodi Janitra mengungkapkan untuk bisnis kue keringnya di Bandung dan Jakarta, pihaknya membentuk gugus tugas di tiap institusi.
“Kami menunjuk di kalangan manager atau supervisor untuk menganalisa titik-titik mana yang potensi penularannya tinggi. Kalau ada cabang kami di sana, kami buat SOP tambahan supaya para pekerja dan siapa pun di lingkungan tempat usaha mereka tetap aman, baik bagi karyawan dan pengunjungnya,” ujar Jodi
Beberapa SOP tambahan yang diterapkan antara lain menggunakan alat pelindung diri seperti sarung tangan, masker dan face shield, serta melakukan pengukuran suhu tubuh baik bagi karyawan dan pengunjung.
Kemudian, Donny Pramono, Founder & CEO Sour Sally Group mengungkapkan untuk mencegah timbulnya klaster tempat usaha, pihaknya menerapkan protokol kesehatan 3M seketat mungkin, dan memberikan sanksi yang jelas bagi yang melanggar protokol tersebut.
“Di kantor kami buat tim seperti Satgas nanti mereka juga bertugas mengecek kalau ada yang tidak pakai masker misalnya diminta bayar denda Rp50.000. Ini buat efek jera. Karena di luar sana yang bikin banyak orang tidak patuh adalah tidak adanya hukuman yang jelas bagi para pelanggar,” ujarnya.
Baca Juga
Donny juga mengungkapkan bahkan sejak pertama kali Covid-19 diumumkan di Indonesia, kantor Sour Sally Group pun sudah menerapkan protokol kesehatan, membagikan masker, cek suhu, lalu bulan April dan Mei mengetatkan aturan untuk karyawan yang harus naik kendaraan umum agar full bekerja dari rumah.
“Kemudian karena penyebaran virus bisa airborne, jendela di kantor semuanya dibuka, dan karyawan boleh bekerja menggunakan baju kaos dan celana pendek dan sendal untuk bekerja karena dengan buka jendela akan lebih panas, supaya mereka bekerja tetap nyaman, tidak harus mengikuti formalitas, tapi fokus ke kinerja,” jelasnya.
Adapun, untuk rapat, seluruhnya dilakukan secara daring, dan tidak ada rapat fisik di satu ruangan. Termasuk ketika melakukan pelatihan bagi para karyawan baru.
Selain itu, Sour Sally Group juga memanfaatkan teknologi dengan menggunakan aplikasi khusus untuk melakukan pengecekan per wilayah oleh para Area Manager dan meminimalisir penggunaan kertas atau paperless.
“Terakhir kami melakukan rapid hanya 1 yang reaktif dan kami secepatnya melakukan penanganan dengan langsung karantina karyawan yang reaktif tersebut,” imbuhnya.
Sementara itu, Christopher Sebastian, Founder & CEO dari Makko Group mengatakan di tempat usahanya untuk meminimalisir penularan Covid-19 telah mewajibkan seluruh karyawan dan pengunjung untuk pakai masker, menyediakan hand sanitizer, dan menyediakan vitamin di kantor.
“Kami berikan sanksi kepada karyawan yang tidak patuh protokol dan menganjurkan staf yang kurang sehat agar langsung tidak masuk kerja. Kemudian di tiap cabang kami sediakan fasilitas tempat cuci tangan, tisu, antiseptik, dan untuk karyawan dirapid tes seminggu sekali,” ujarnya.
Dari laporan rapid test terakhir, 3 orang karyawan Makko Group reaktif sehingga seluruhnya langsung diminta isolasi mandiri.
“Semua kami lakukan secara disiplin. Tapi kami juga upayakan agar semua cabang dari semua brand kami tetap buka dengan membatasi kapasitas pengunjung,” tegasnya.
#satgascovid19 #ingatpesanibu #pakaimasker #jagajarak #jagajarakhindarikerumunan #cucitangan #cucitangandengansabun