Bisnis.com, JAKARTA - Pertempuran sengit pasukan Armenia dan Azerbaijan terus berlangsung di wilayah Nagorno-Karabakh yang yang diduga melibatkan pasukan asing dengan jumlah korban tewas ratusan orang hingga hari ini.
Kedua pihak sama-sama mengabaikan imbauan pihak luar negeri untuk melakukan gencatan senjata.
Shushan Stepanyan, juru bicara kementerian pertahanan Armenia, mengatakan bahwa Azerbaijan telah melancarkan serangan skala besar yang baru. Akan tetapi serangan itu berhasil dipukul mundur oleh pasukan yang didukung Armenia yang kemudian melancarkan serangan balasan.
"Pertempuran sengit sedang berlangsung di sisi lain," tulisnya di Facebook seperti dikutip Aljazeera.com, Minggu (4/10/2020).
Sementara itu, Kementerian Pertahanan Azerbaijan mengatakan pasukannya telah menghancurkan sejumlah besar peralatan militer milik Armenia.
"Saat ini, pasukan Azerbaijan, yang berhasil maju ke arah yang telah ditentukan, menguasai benteng baru dan melakukan pembersihan wilayah dari musuh," kata kementerian itu kemarin pagi.
Baca Juga
Nagorno-Karabakh dikuasai oleh etnis Armenia yang didukung oleh pemerintah Armenia dan telah menjadi subyek beberapa resolusi Perserikatan Bangsa-Bangsa yang menyerukan diakhirinya pendudukan tanah milik Azerbaijan tersebut.
Pemimpin provinsi yang memisahkan diri, Arayik Harutyunyan, mengatakan dia sedang menuju ke medan tempur dan 'pertempuran terakhir' untuk wilayah itu telah dimulai.
Sementara itu, Perdana Menteri Armenia, Nikol Pashinyan mengatakan negaranya menghadapi ancaman bersejarah.
"Kami mungkin menghadapi momen paling menentukan dalam sejarah ribuan tahun kami," kata Pashinyan dalam pidatonya di hadapan warganya. Kita semua harus mengabdikan diri pada satu tujuan, yakni kemenangan,” katanya.
Pada Jumat (2/10/2020), kementerian luar negeri Armenia mengatakan siap untuk bekerja dengan mediator internasional Prancis, Rusia dan Amerika Serikat untuk mencapai gencatan senjata dengan Azerbaijan. Sementara tiga negara menyerukan diakhirinya permusuhan, Turki dengan gigih mendukung sekutunya Azerbaijan dan telah mengulangi bahwa apa yang disebut "penjajah" Armenia harus ditarik.
“Tuntutan untuk segera mengakhiri permusuhan dan gencatan senjata permanen tidak akan berguna kali ini,” Mevlut Cavusoglu, Menteri Luar Negeri Turki, seperti dikutip oleh kantor berita Anadolu yang dikelola pemerintah Turki.
Baik Azerbaijan maupun Turki telah berulang kali membantah keterlibatan pasukan Turki dalam pertempuran itu, serta pernyataan Armenia, Rusia, dan Prancis bahwa pemberontak Suriah bertempur di pihak Azerbaijan.
Azerbaijan juga membalas dengan mengatakan etnis Armenia dari diaspora telah dikerahkan dan kini sebagian dalam perjalanan untuk beroperasi sebagai "pejuang teroris asing" di pihak etnis Armenia.
Sumber-sumber Armenia menyebutkan korban tewas akibat pertempuran di wilayah itu lebih dari 200 orang. Sedangkan Azerbaijan baru-baru ini mengatakan bahwa 19 warga sipil tewas dan 60 luka-luka.