Bisnis.com, SLEMAN - Dua pondok pesantren (ponpes) di Kabupaten Sleman, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, menjadi klaster baru Covid-19 setelah ditemukan 41 kasus positif Covid-19, Selasa (29/9/2020).
Tambahan 41 kasus positif dari dua klaster pondok pesantren itu membuat total penambahan kasus positif Covid-19 di Sleman menjadi 41 pada Selasa (29/9/2020). Dengan kata lain, dua klaster ponpes tersebut menyumbang 90 persen tambahan kasus di Sleman.
Ketua Gugus Tugas Penanganan Covid-19 Sleman, Harda Kiswaya menyatakan banyaknya kasus ini berasal dari dua pondok pesantren (ponpes) di Sleman. Saat ini, pihaknya tengah berkoordinasi dengan satgas Covid-19 di masing-masing pesantren soal pemutusan penularan Covid-19.
"Satgas ponpes sudah memastikan setelah kasus ini tidak lagi ada sembarangan orang keluar masuk ponpes," kata Harda kepada wartawan pada Selasa (29/9/2020). Satgas ponpes tersebut juga sudah berkoordinasi dengan puskesmas setempat soal kelanjutan skrining maupun aktivitas di ponpes.
Ia yang juga menjabat sebagai Sekda Sleman ini mengungkapkan temuan kasus di salah satu pondok pesantren itu bermula dari salah seorang penghuni ponpes yang menulari penghuni lainnya karena tidak memahami Covid-19 dan gejala yang timbul. "Dia merasa hilang pengecapan sejak Agustus, tapi nggak bilang," ujarnya.
Lantaran salah seorang penghuni ponpes itu sudah merasakan gejala namun tidak melaporkannya ke satgas ponpes, ia tetap beraktivitas seperti biasa. Sayangnya, sejumlah penghuni lain mulai menunjukkan gejala Covid-19 dan melapor ke ponpes. Dari situ, skrining dilakukan mandiri oleh ponpes dan ditemukan ada puluhan kasus penularan Covid-19.
"Saya apresiasi penanganan ponpes sangat baik, sebab mereka langsung memisahkan penghuninya yang bergejala, yang reaktif, dan yang positif. Yang positif ini dipisahkan jauh dari aktivitas penghuni lain, bahkan bangunannya terpisah satu kilometer," ungkap Harda. Saat ini, pasien positif masih berada di ponpes tersebut lantaran ponpes sudah memiliki fasilitas kesehatan yang memadai.
Kendati demikian, ia meminta Dinas Kesehatan Sleman untuk memperkuat sosialisasi terkait gejala Covid-19 ke masyarakat. Ia juga meminta masyarakat untuk punya pemahaman dan keberanian untuk melapor jika merasakan gejala.
"Ini gejala yang muncul nggak bisa mengecap. Maka saya minta Dinkes untuk lebih giat sosialisasi. Soalnya yang diketahui masyarakat gejalanya sesak napas. Yang penting lagi juga soal keberanian masyarakat untuk berani menyampaikan gejalanya," terang Harda.
Terpisah, Kepala Dinas Kesehatan Sleman, Joko Hastaryo menuturkan terkait penularan kasus pada skrining pendidikan ini membuat aktivitas pembelajaran di ponpes dihentikan sementara. "Kegiatan dihentikan sementara selama lima hari, mulai hari ini," kata Joko.