Bisnis.com, JAKARTA — Pemerintah Solomon telah berdiskusi dengan Pemerintah Filipina dan Solomon Airlines untuk mengatur penerbangan repatriasi bagi warganya yang ada di negara itu.
The Solomon Islands Herald melaporkan bahwa penerbangan dari Manila ke Honiara untuk sementara dijadwalkan pada 27 dan 29 September, dengan penerbangan ketiga yang belum dikonfirmasi sebulan kemudian.
Dengan penerbangan ke dan dari Manila, penerbangan akan berhenti di Biak, di Provinsi Papua, dan sejumlah penumpang akan turun.
Semua penumpang dalam penerbangan repatriasi harus menjalani pengujian Covid-19 dan protokol karantina selama 3 minggu sebelum penerbangan, serta selama penerbangan dan setelah kedatangan.
Setibanya di Kepulauan Solomon, semua penumpang akan menjalani masa karantina wajib selama 21 hari dan mereka akan menjalani tiga tes lebih lanjut yang semuanya harus negatif sebelum mereka dapat dibebaskan.
Namun, pengumuman penerbangan tersebut telah dikacaukan oleh enam siswa Kepulauan Solomon yang dites positif Covid-19 minggu lalu.
Baca Juga
Beberapa orang tua marah kepada pemerintah karena terlalu lama mengatur penerbangan repatriasi, yang diminta oleh para siswa sejak pandemi dimulai pada Maret.
Sementara itu, Perdana Menteri Kepulauan Solomon Manasseh Sogavare telah memperingatkan masyarakat dan orang asing untuk menghormati protokol karantina negara itu.
Ketika berpidato di seluruh negeri minggu ini, Perdana Menteri mengatakan bahwa stasiun karantina adalah area terlarang dan tidak ada yang diizinkan masuk atau memiliki kontak langsung dengan penghuni di stasiun karantina mana pun.