Bisnis.com, JAKARTA - Indonesia dan Kolombia meyakini perekonomian kedua negara akan kembali bertumbuh pada tahun depan melalui kerja sama bilateral di tengah krisis pandemi Covid-19.
Wakil Menteri Luar Negeri Mahendra Siregar mengatakan dalam masa krisis ini, kedua pemerintah masih memperjuangkan kerja sama bilateral. Dia mengakui, kondisi perekonomian kedua negara terkontraksi akibat pandemi Covid-19.
Berdasarkan statistik, ekonomi Indonesia terkontraksi 5,3 persen pada kuartal II/2020 dan Kolombia 7,8 persen.
Namun, Mahendra masih meyakini potensi ekonomi kedua negara masih besar. Hal ini lantaran Indonesia sebagai ekonomi terbesar di Asean dan menjadi 5 besar di dunia pada 2030.
Sementara Kolombia adalah ekonomi 4 terbesar di Amerika Latin yang mencapai US$328 miliar dan diprediksi akan menjadi terbesar kedua di Amerika Latin.
“Banyak prediksi yang menunjukkan kedua negara bakal tumbuh lebih dari 5 persen tahun depan. Ini menjadi kesempatan pemulihan ekonomi dan hubungan bilateral kedua negara,” ujar Mahendra saat membuka Perayaan ke-40 tahun Hubungan Diplomatik Indonesia - Kolombia, Selasa (15/9/2020).
Baca Juga
Mahendra mengatakan banyak produk dalam negeri yang potensial untuk dipromosikan ke Kolombia, seperti elektronik, mobil, produk tekstil, dan juga roda dua.
Beberapa produk unggulan Kolombia juga telah banyak ditemukan di Indonesia seperti produk kendaraan, kertas dan papan kertas, besi baja, dan karet.
Berdasarkan catatannya, dalam satu dekade terakhir, nilai perdagangan Indonesia - Kolombia hanya mencapai US$37 juta pada 2001. Namun, angka ini terus tumbuh menjadi US$153 juta pada tahun lalu.
“Ini indikasi adanya intensifikasi yang prospektif dari hubungan bilateral di masa depan,” katanya.
Investasi Kolombia di Indonesia meningkat hingga 6 kali lipat dalam 5 tahun terakhir. Di sektor agrikultur, Indonesia - Kolombia mengembangkan perdagangan minyak kelapa sawit dan coklat.
“Khususnya minyak kelapa sawit, menjadi salah satu sektor yang kami tunggu pertumbuhannya dan termasuk menyambut Kolombia menjadi anggota sepenuhnya negara produsen palm oil CPOPC,” lanjutnya.
Kolombia juga menjadi salah satu destinasi bagi mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan studinya. meski belum begitu banyak. Hingga saat ini terdapat 66 mahasiswa WNI yang tersebar di berbagai kota di Kolombia.
Jumlah turis dari Kolombia meningkat dari sekitar 4.000 pada 2017 menjadi 6.000 pada tahun lalu.
Meski pandemi belum berakhir, hubungan bilateral kedua negara terus berlanjut. Bulan lalu, Menteri Luar Negeri Retno Marsudi dan Menteri Luar Negeri Kolombia Claudia Blum de Barber menanda tangani perjanjian pembebasan visa bagi pemegang paspor biasa, dan MoU Konsultasi Politik antara kedua negara.
Menteri Blum juga mengapresiasi pemulangan 336 warga Kolombia dari Asean yang difasilitasi oleh Garuda Indonesia pada Mei 2020.