Bisnis.com, JAKARTA -- Sembilan belas tahun berlalu sejak terjadinya serangan teroris 9 September di Amerika Serikat, keponakan pendiri Al Qaeda, Osama Bin Laden yakni Noor Bin Ladin memberikan pernyataan publik yang diposting melalui akun twitternya, seperti dikutip dari VOAnews.com
"Selama sembilan belas tahun terakhir, tidak ada satu hari pun berlalu sejak hari mengerikan dan tragis ini, yang belum pernah saya pikirkan tentang Anda, Amerika, dan saya berduka secara pribadi atas semua nyawa tak berdosa yang hilang,” tulis Noor Bin Laden (yang memilih menyebut nama keluarganya Bin Ladin) tulisnya di akun Twitter.
"Ini sebagian karena perubahan takdir yang tak bisa dijelaskan, yang menghubungkanku dengan serangan mengerikan ini, tapi yang lebih penting karena cintaku pada negaramu," tambahnya.
Dia juga menuturkan bahwa nilai dan perasaannya sangat bertentangan dengan nama yang dia bawa, sehingga dia pun memutuskan agar namanya disebut Bin Ladin ketimbang Bin Laden. Selain menghormati nyawa yang hilang, warga Swiss ini juga memuji first responders, yaitu mereka yang meninggal belakangan karena komplikasi akibat serangan tersebut dan para survivor yang kehilangan orang yang dicintainya.
Bin Ladin adalah putri Carmen Dufour, seorang penulis Swiss, dan Yeslam bin Ladin, kakak tiri Osama. Orangtuanya bercerai pada 1988. Dia dan kedua saudara perempuannya dibesarkan di Swiss.
Ketika kejadian tragis 911 terjadi, dimana pamannya dituduh sebagai dalang serangan teroris yang menghancurkan dua menara kembar WTC di Amerika Serikat dan Gedung Kementerian Pertahanan AS (Pentagon) di Washington DC, Noor Bin Ladin masih berusia 14 tahun.
Dia merasa sangat terpukul sebab baginya Amerika sudah menjadi layaknya rumah kedua.
"Saya telah pergi ke Amerika bersama ibu saya beberapa kali dalam setahun sejak usia 3 tahun dan seterusnya. Saya menganggap AS sebagai rumah kedua saya" tutur Bin Ladin.
Nama Noor Bin Ladin sendiri sempat menjadi perbincangan ketika dirinya secara terbuka menyatakan dukungan kepada Presiden AS Donald Trump pada 6 September kemarin dalam sesi wawancara bersama New York Post