Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Wapres Afghanistan Selamat dari Serangan Bom, 10 Orang Tewas

Saleh, mantan kepala badan intelijen Afghanistan, menyelematkan diri dengan sedikit luka bakar di wajah dan tangannya.
Asap mengepul akibat ledakan bom di Afghanistan/southfront.org
Asap mengepul akibat ledakan bom di Afghanistan/southfront.org

Bisnis.comJAKARTA - Sedikitnya 10 orang tewas dalam serangan bom di pinggir jalan Ibu Kota Afghanistan, Kabul, yang menargetkan wakil presiden Amrullah Saleh.

Saleh, mantan kepala badan intelijen Afghanistan, menyelematkan diri dengan sedikit luka bakar di wajah dan tangannya.

Pemboman itu terjadi ketika para pejabat Afghanistan dan Taliban bersiap memulai pembicaraan formal pertama mereka.

Juru bicara Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan dalam sebuah tweet bahwa kelompok militan tidak bertanggung jawab atas ledakan itu.

Rekaman yang dibuat tidak lama setelah ledakan menunjukkan asap hitam besar mengepul dari tempat kejadian.

Tareq Arain, juru bicara kementerian dalam negeri Afghanistan mengatakan bom pinggir jalan itu menargetkan konvoi Saleh saat pejabat itu berangkat kerja.

Dia mengatakan 10 warga sipil yang bekerja di daerah itu tewas dan 15 orang, termasuk salah satu pengawal Saleh, terluka.

Seorang saksi mengatakan dia sedang melewati lokasi dalam perjalanan ke klinik ketika bom meledak.

"Saya kehilangan salah satu saudara saya, dan yang lainnya terluka," kata pria itu kepada kantor berita Reuters segera setelah ledakan itu.

"Pemerintahan macam apa ini? Tidak ada ambulans, dan bahkan polisi pun belum datang," keluhnya.

Saleh dikenal sebagai lawan yang vokal bagi Taliban. Mantan kepala intelijen itu selamat dari beberapa upaya pembunuhan sebelumnya. Termasuk serangan pada satu tahun lalu yang menewaskan 20 orang di kantornya. 

Berbicara setelah ledakan pada hari Rabu, Saleh berjanji untuk melanjutkan pekerjaan politiknya. Presiden Afghanistan Ashraf Ghani bertemu dengan Saleh tadi pagi setelah serangan itu.

"Para teroris dan pendukung asing mereka tidak dapat merusak keyakinan kuat rakyat pada perdamaian, demokrasi dan masa depan cerah negara kami," kata Ghani dalam sebuah pernyataan seperti dikutip BBC.com, Rabu (9/9/2020).


Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Saeno
Sumber : BBC.com
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper